Followers

Tuesday, January 7, 2014

Teruntuk Para Sahabat dari Sepuntung Rokok



Saya rasa banyak orang yang telah bersahabat dengan sepuntung rokok. Seperti setiap persahabatan yang memiliki alasan, mereka yang bersahabat dengan sepuntung rokok juga pasti bisa menjelaskan alasan persahabatannya. Mayoritas masyarakat Tosari pun memiliki persahabatan yang kental dengan sepuntung rokok. Sepuntung rokok senantiasa setia menemani setiap sisi kehidupan mereka. Mereka yang di ladang, mereka yang di kantor kecamatan,mereka yang di sekolah, mereka yang di pasar, mereka yang di rumah, bahkan mereka yang berkunjung ke Puskesmas. Mungkin dinginnya udara Tosari menjadi salah satu alasan persahaban mereka dengan sepuntung rokok.
Sedih rasanya melihat para muda sudah bersahabat dengan sepuntung rokok sedari mudanya. Saya tidak tahu, apakah mereka tahu bahwa sepuntung rokok sahabat mereka itu nantinya tidak akan bersahabat lagi dengan mereka setelah asapnya memenuhi paru mereka. Rasanya saya khawatir sepuntung rokok sahabat mereka itu bisa mencuri beberapa tahun usia mereka. Belum lagi risiko sakit jantung, kanker, impotensi yang dibawa oleh sepuntung rokok sahabat mereka.
Sedih juga melihat para ayah yang bersahabat dengan sepuntung rokok membuat istri dan anak-anak mereka pun merasakan dampak dari persahabatan mereka dengan sepuntung rokok. Udara bersih yang seharusnya berhak dihirup oleh istri dan anak mereka harus tercemar karena persahabatan mereka dengan sepuntung rokok.
Siang itu, saya dan Intan mengunjungi salah satu pasien kami di Dusun Junggo, Desa Baledono. Di situ tidak sengaja kami menemukan seorang nenek yang juga bersahabat dengan sepuntung rokok. Nenek ini terlihat bugar, nampak baru berjalan dari tempat yang jauh dan sama sekali tidak terlihat lelah. Pandangan kami langsung tertarik pada sepuntung rokok di sela jarinya.
“Wah, ada nenek yang bersahabat dengan sepuntung rokok ternyata,” pikir saya dalam hati.
Intan spontan mendekati nenek ini dan mengajaknya berfoto.
“Kok rokokan, Mak?” tanya saya.
“Iyo, Bu. Ngge anget-anget,” begitu jawaban yang mengalir, menjelaskan alasan nenek ini bersahabat dengan sepuntung rokok.
Saya dan Intan hanya tersenyum. Sedih karena mengingat Posyandu lansia di desa ini masih vakum karena suatu hal. Padahal, mungkin dengan kondisi tubuh yang sebugar itu, membuat nenek ini tidak pernah terlintas pikiran untuk periksa ke Puskesmas, “sekedar” untuk cek tekanan darah.

Nenek ini menghembuskan asap rokoknya dengan santai sekali

Tetap (WASPADA jika anda) bugar walau bersahabat dengan rokok

Bidan Intan dengan Seorang Sabahat dari Sepuntung Rokok

Kamipun berjanji, jika kami bertemu lagi dengan Mak dan Mbah yang bersahabat dengan sepuntung rokok, kami akan mendorong mereka untuk periksa tekanan darah di Puskesmas atau Posyandu lansia.
Rasanya, eman jika melihat pasien-pasien yang datang ke Puskesmas sudah dalam keadaan tidak berdaya karena serangan stroke. Eman karena seharusnya itu masih bisa dicegah. Eman karena kami menyayangkan mereka yang enggan memutus persahabatannya dengan sepuntung rokok. Kalau sudah stroke, apalah yang bisa kami lakukan selain merujuk? 

So,
Dear para sahabat dari sepuntung rokok....
Selagi masih ada kesempatan, berusahalah memutus persabahatanmu dengan sepuntung rokok
Percayalah,
“Manfaat” yang engkau rasakan dari persahabatanmu dengan sepuntung rokok tidak sebanding dengan kerugiannya
Bukan hanya merugikan dirimu tapi juga orang-orang terdekatmu yang engkau kasihi
Sepuntung rokok sahabatmu itu, bukan hanya bisa mencuri usiamu tapi juga usia istrimu, suamimu, kekasihmu, anakmu, dan para sahabatmu yang sejati
Dear para sahabat sepuntung rokok....
Bukannya kami membenci persahabatanmu dengan sepuntung rokok
Tapi kami sungguh menyayangkan setiap detik hidupmu yang dicuri olehnya
Kami hanya ingin melihatmu, sahabat kami,
sehat tanpa harus bergelut dengan akibat dari sepuntung rokok

Salam untuk para sabahat dari sepuntung rokok,
Kinanthi Estu Linadi, S.KM.

1 comment: