Tidak ada insan yang bisa memilih hendak dilahirkan
dari rahim siapa. Tidak ada insan yang bisa memilih hendak dilahirkan dengan
cara bagaimana. Tidak ada insan yang bisa memilih untuk menentukan nasib
hidupnya. Semua itu pemberian Tuhan. Tapi yang saya yakini adalah setiap orang
wajib bertanggung jawab atas adanya kehidupan yang diberikan kepadanya.
Hati ini sedih ketika suatu malam, di awal bulan ini, ada pasien datang ke
rumah kami. Bidan desa kami mengantar seorang ibu muda, 16 tahun, akan melahirkan dengan umur
kehamilan sekitar 6 bulan. Jangan ditanya bagaimana kisah kehamilan ibu muda
ini. Hb rendah, tablet Fe jarang diminum, maka jangan heran jika bayinya hanya
900 gram. Saya hanya diam melihat bayi itu. Begitu kecil, sampai-sampai dokter
kami begitu khawatir menggendong bayi ini, takut kalau terlalu erat
menggendong. Bayi ini terpaksa keluar sebelum waktunya, terpaksa berjuang
begitu berat untuk bernapas karena parunya mungkin saja belum sempurna,
terpaksa berjuang menghadapi dinginnya udara Tosari. Saya sedih melepas bayi
itu dirujuk. Saya menyayangkan melihat dia harus dilahirkan dari ibu muda yang
belum berpengalaman.
Peristiwa seperti itu tidak bisa ditutupi memang terjadi. Hanya segelintir yang ketahuan, entah berapa banyak yang tersembunyi. Memang ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya kehamilan pada perempuan-perempuan yang belum siap mengalaminya, salah satunya adalah pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja. Banyak remaja masih berpikir bahwa, "Melakukan sekali, tidak akan membuat hamil." Dan saya masih belum menemukan jawaban mengapa pemerintah
belum juga menetapkan standar pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dalam
kurikulum. Butuh berapa keterlambatan lagi untuk membuktikan pentingnya
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini? Jika seorang ibu belum siap hamil dan melahirkan, tidak cukup
pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan, jangan ditanya kualitas hidup
anak yang dilahirkannya. Pilihannya ada 2, si bayi bertahan hidup dengan
perawatan seadanya atau sebaliknya.
Dari sini saya belajar, sebuah kehidupan merupakan
pemberian Tuhan dan manusia punya tanggung jawab atas itu. Sebuah pernikahan,
kehamilan kemudian persalinan, menjadi cara Tuhan memelihara siklus kehidupan
manusia.
Setahun kami di sini, entah bisa berapa banyak pengetahuan yang bisa
kami bagikan supaya sebuah siklus itu bisa dipersiapkan dengan baik. Kami mencoba "melindungi" sebanyak mungkin remaja supaya memiliki kesehatan reproduksi yang baik. Kami menggerakkan Laskar Pencerah Tosari, sekumpulan remaja SMP-SMA yang memiliki semangat tinggi untuk belajar, untuk menjangkau teman-teman sebaya mereka. Melalui mereka, kami menyampaikan pesan-pesan kesehatan reproduksi remaja lewat media-media hasil kreativitas mereka. Sebuah project kami berikan untuk Laskar Pencerah Tosari: Membuat Media Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kami bagi mereka jadi 4 kelompok yaitu: kelompok poster, kelompok leaflet, kelompok lembar balik, dan kelompok lagu. Sementara mereka mengisi libur semester mereka dengan mengerjakan project dari kami, kami melakukan pendekatan untuk advokasi ke sekolah supaya sekolah mengizinkan media-media tersebut disebarkan di semua SMP dan SMA di Tosari. Puji Tuhan, beberapa sekolah yang sudah kami dekati merespon baik. Bahkan, ada 1 SMA yang memberikan kami kesempatan untuk menyampaikan mengenai kesehatan reproduksi remaja pada orangtua siswa saat penerimaan siswa baru.
Melihat semangat dan kreativitas anggota Laskar Pencerah, serta dukungan luar biasa dari pihak sekolah, menimbulkan semangat sekaligus menjaga harapan kami. Semangat untuk membuat Tosari makin sehat dan harapan bahwa remaja di Tosari tetap mampu "dilindungi" sehingga masa depan mereka tidak harus rusak dengan hal yang belum siap mereka hadapi.
Kami meyakini bahwa masa depan Tosari tergantung pada masa depan generasi mudanya. Siapa lagi yang akan mengusahakan kesejahteraan Tosari kalau bukan generasi mudanya? Maka inilah yang kami usahakan bersama anggota Laskar Pencerah. Menyebarkan sebanyak mungkin informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Menyebarkan sebanyak mungkin ajakan untuk bertanggung jawab atas kesehatan reproduksi para remaja di sini. Mungkin hasilnya tidak akan terlihat sepanjang setahun kami mengabdi di sini. Tapi biarlah apa yang kami lakukan bisa memupuk harapan kami pada para remaja Tosari.
Ketika saya merenungkan lagi kisah seorang bayi tadi, saya hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih saya dari hati, "Hei,
Nak... terimakasih ya sudah membuat kami belajar.. Seberapa lama hidupmu, kami
percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dari sebuah kehidupan, selalu ada
pembelajaran dari sebuah kehidupan. Terima kasih karena sudah menjadi
pembelajaran bagi kami. Terima kasih sudah menjadi inspirasi bagi kami..."
Salam sehat,
Kinanthi Estu Linadi, S. KM
Salam sehat,
Kinanthi Estu Linadi, S. KM
No comments:
Post a Comment