Followers

Thursday, November 28, 2013

Semua tentang Semangat Mereka (Late Post)

Kali ini, saya akan menceritakan apa yang saya janjikan. Posting tentang semangat-semangat yang kami temui dari mereka yang ada di Tosari. Posting yang terlambat sebenarnya, tapi semoga tidak mengurangi pesan yang ada di dalamnya. Kejadian ini berlangsung sebelum peristiwa mengejar SBY dan Budiono (postingan Bidan Intan http://pencerahnusatosari.blogspot.com/2013/11/bias-bulan-imunisasi-anak-sekolah-edisi.html). 
Kejadian pertama adalah ketika kami mengunjungi SD Kandangan 2. SD Kandangan 2 adalah sebuah SD yang ada di dusun amat terpencil di kecamatan Tosari, Dusun Pandansari (bisa cek http://pencerahnusatosari.blogspot.com/2013/11/edisi-blusukan-tosari.html). Dusun ini sulit dilewati oleh sepeda motor biasa, mungkin bisa bagi warga Tosari tapi sangat berisiko jatuh dari motor. Jalan macadam licin dan naik-turun jadi tantangan di hari itu. Jadilah motor kami titipkan di rumah salah seorang guru tidak tetap di dekat Kantor Desa Kandangan. Dan kami berjalan dari tempat kami menitipkan motor kami. Jaraknya? Kurang lebih 1 jam jalan kaki. Ya, jalan kaki....

The Girls and Pak Darto, di jalan yang masih cukup rata
Sepanjang jalan itu, ada banyak keindahan yang kami lihat. Keindahan yang mengiringi setapak demi setapak langkah kami. Dari jalan yang masih rata, hingga memasuki daerah berbatu. Pak Darto, juru imunisasi Puskesmas, menceritakan pengalaman pengabdiannya dari tahun 1987, melewati jalan itu dan berkata, “Ini sudah jauh lebih baik, Mbak Kinan. Sudah bisa dilewati sepeda (red: motor).”
Oke, ketika saya membayangkan betapa sulitnya keadaan waktu itu, saya mengacungkan jempol saya pada Pak Darto. 

Keindahan, teman mengurangi kelelahan

Kota Malang, nun jauh di sana

Persahabatan Lebah dan Bunga Matahari

Bunga Liar yang Kecantikannya Tiada Tara

Taman Nasional Gunung Bromo

Bunga Liar Pemanis Semak Belukar

Rimbun

Keadaan jalan yang makin sulit membuat tenaga kami berkurang banyak. Tapi Pencerah Nusantara harus bisa melewati itu. Ada 24 siswa SD Kandangan 2 yang menanti kami memberikan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan imunisasi di ujung sana. Kami harus terus bersemangat berjalan.

Mulai macadam

Dan sekolahnya masih juauuuuh di ujung sana

Sepatu pink yang siap menerjang macadam

Ncan, menempuh macadam

Intan, menempuh macadam

Pencerah Nusantara, menempuh macadam
Sekali lagi, yel-yel hasil pelatihan di Akmil cukup ampuh mengurangi rasa lelah dan kembali memicu semangat berjalan.
“Mantapkan hati tak perlu bimbang. Maju untuk berjuang. Walau rintangan datang menghadang, kamipun pantang mundur.”
Yaah, walaupun kami menyanyi dengan agak ngos-ngosan karena lelah mendaki, setidaknya kami masih sanggup berjalan dengan tambahan tenaga setelah kami menyanyi :D
Sesampainya di area macadam, semangat kami kembali diuji. Kaki mulai terasa pegal dan keringat bercucuran. Keindahan alam masih setia menemani kami. Namun lelah membuat kami sedikit lebih diam. Kamipun berjalan dalam ketenangan, menyimpan tenaga sebanyak yang kami bisa.
Akhirnya setelah kurang lebih 1 jam berjalan, kami sampai juga di SD Kandangan 2. Senang rasanya mendengar suara anak-anak dari kejauhan dan akhirnya bisa mencapai sekolah mereka. Kami disambut para siswa dengan toss tanda persahabatan. 

Tossss!!!
Senyum para guru mengembang menyambut kami.
“Bagaimana perjalanannya?” tanya seorang guru pada saya.
“Wah, luar biasa, Pak.. Saya berasa outbond,” jawab saya, masih ngos-ngosan, sambil lanjut bertanya, “Rumah’e Bapak ndek mana?”
“Di Sidoarjo, Mbak,” jawab guru itu kalem.
“WOW...!! Sidoarjo, Pak? Tiap hari Bapak naik ngajar?!” tanya saya, terkejut.
“Iya, Mbak. Ya gimana kalau nggak ngajar tiap hari? Guru di sini Cuma 2, Mbak yang orang sini. Lainnya ada yang rumahnya di Malang, Mojokerto juga ada.”
Sekali lagi saya dibuat kagum oleh para pahlawan tanpa tanda jasa di Kecamatan Tosari. Semangat mengajarnya itu, mengalahkan jarak dan lelah. Sungguh, saya belajar banyak tentang makna pengabdian dari para pahlawan tanpa tanda jasa ini.
Setelah sedikit berbincang dengan guru dan kepsek, kami mulai kegiatan. Kami memberikan penyuluhan PHBS pada siswa-siswa, mengajari mereka senam cuci tangan, mengajari tepuk anak sehat, dan senam trekjing.
Ada 1 anak laki-laki yang mencuri perhatian saya. Seorang siswa, kelas 6, berani dan sopan, pintar memimpin teman-temannya untuk berbaris, cita-citanya menjadi astronot.
“Oke, kamu boleh jadi astronot. Nanti, tancapkan bendera merah putih di bulan ya, dek,” ujar saya menyemangatinya. Dia hanya mengangguk, tanpa kata tapi mantap. Saya suka sekali dengan semangatnya. 



Calon astronot favorit saya (:

Dan tak lupa semangat siswa yang lain. Berbaris rapi menunggu giliran imunisas. Tidak ada yang menangis. Semua semangat untuk jadi sehat. Semua semangat mengikuti gerakan senam cuci tangan yang kami contohkan. Semua semangat mengikuti penyuluhan PHBS yang kami berikan.
Semangat gurunya lebih luar biasa lagi. Selesai kegiatan, kami foto bersama. Sebelum foto, seorang guru memberikan instruksi para siswa menyanyikan yel-yel SD Kandangan 2. Saya terkesan dengan sebait lirik yel-yel mereka. Kurang lebih seperti ini:
“Kata orang mencari ilmu itu mulia... Bagaikan mencari emas permata... Gunung lembah kudaki tanpa lelah...”

Bidan Intan and the Kids

Mutiara Pandansari yang Menunggu untuk Ditemukan

Berbagi samangat bersama Pencerah Nusantara

Semangat Gurunya, Semangat Muridnya



Terharu mendengar anak-anak ini bernyanyi dan bertepuk tangan. Ah, Tuhan... Semoga Engkau berkenan memberikan kesempatan pada mereka untuk mereka sekolah setinggi-tingginya.

Cerita kedua adalah tentang semangat peserta Sosialisasi dan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik yang kami laksanakan tanggal 25 November bersama dengan Tim Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan. Awalnya kami sempat ragu akan kedatangan peserta mengingat mayoritas peserta adalah petani yang harus ke ladang serta keadaan cuaca yang hujan tidak menentu.
Tapi ternyata kekhawatiran kami sirna. Ada 30 dari 40 undangan datang dan kami bersyukur untuk itu. Ketiadaan TPA di Kecamatan Tosari menjadi sumber permasalahan pengelolaan sampah. Keberadaan Tosari sebagai desa wisata tentu harus ditunjang dengan kebersihan lingkungan yang bebas sampah. Kebiasaan masyarakat yang masih banyak membuang sampah di jurang belakang pasar juga menjadi latar belakang kami mengusulkan kegiatan ini.
Setelah segala persiapan dilakukan, menyebar undangan di 8 desa, meminjam mesin jahit, koordinasi dengan para inggih, koordinasi dengan kecamatan, akhirnya semuanya siap. Pembicara yang sudah ahlipun memaparkan teknik komosting dan daur ulang yang benar dengan semangat. Tanpa diduga, antusiasme peserta ternyata luar biasa. Para bapak kelompok tani semangat mempelajari teknik komposting dengan menggunakan takakura, dan para ibu PKK semangat mempelajari cara daur ulang sampah plastik bekas bungkus indom*e, bekas bungkus minyak fil*a, bekas bungkus sabun rin*o dan mol*o, menjadi berbagai macam kerajinan yang cantik dan bernilai ekonomi. Para ibu semangat sekali mempelajari cara melipat bungkus indom*e supaya bisa dirangkai menjadi tas cantik.
“Akhir’e isun bisa. Maune isun ndak bisa tapi isun mau nyoba terus akhir’e bisa,” ujar seorang ibu dengan gembira karena akhirnya berhasil melipat bungkus indom*e setelah berulang kali mencoba.
Wacana mengenai gethok tular dan pengadaan bank sampah menjadi tindak lanjut dari pelatihan ini. Para trainer juga memuji semangat para peserta. Semoga hal kecil yang kami lakukan ini pada akhirnya bisa memantik semangat masyarakat mengurangi sampah yang ada di Kecamatan Tosari.

Sekian cerita semangat yang bisa saya bagikan. Akan ada lanjutan cerita mengenai pelaksanaan Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 49, Kegiatan “Senyum Sehat Bromo” kerjasama PDGI Kab. Pasuruan dengan Pencerah Nusantara Tosari tanggal 30 nanti. Tunggu yaa.....!!


Salam sehat selalu,
Kinanthi Estu Linadi, S.KM


No comments:

Post a Comment