Followers

Saturday, November 9, 2013

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dan Para Siswa Pemberani

Tosari, 9 November 2013

Hari ini, sehari sebelum peringatan Hari Pahlawan, saya dan teman-teman Tim Pencerah Nusantara Tosari, melakukan kunjungan ke SD Sedaeng 2. Kunjungan kami ke SD Sedaeng 2 masih dalam rangkaian kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah dan ditambah kami membantu Puskesmas untuk melaksanakan skrining kesehatan siswa kelas 1, pemeriksaan garam beryodium, pemberian obat cacing, dan tak lupa pemberian penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). SD Sedaeng 2 terletak di Desa Sedaeng, tapi yang menjadikan SD ini istimewa adalah letaknya yang sangat jauh dari SD Sedaeng 1. Karena kondisi jalan yang sulit, kami menuju sekolah ini dengan menggunakan ambulans dan harus berputar melewati kecamatan tetangga. Jalur yang kami lewati adalah jalur yang berliku, berbatu, melewati hutan pinus dan beberapa perkebunan milik warga, Mual? Pasti. Hahaha... Tapi bukan Pencerah Nusantara namanya kalau tumbang begitu saja. Di dalam ambulans, kami menyanyi bersama untuk menghilangkan rasa mual dan pusing. Di bagian belakang ada saya, Syam, dan Ncan menyanyikan lagu yel-yel yang kami dapat selama masa pelatihan di akmil Magelang.

"Tatap mata yang tajam, sikap penuh wibawa, semangat berkobar di dada/ Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, patah tumbuh hilang berganti/ Walau badan hancur lebur maju terus pantang mundur, kesetiaan kami takkan luntur..."

"Mantapkan hati tak perlu bimbang, maju untuk berjuang/ walau rintangan datang menghadang, kamipun pantang mundur/ jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu/tapi tanyakan apa yang telah kau berikan kepada bangsamu..."

Tak puas menyemangati diri dengan yel-yel dari Akmil, kami menyemangati diri dengan menyanyikan theme song Pencerah Nusantara.

"Bersatulah semua, Pencerah Nusantara/ Satukan kekuatan untuk impian bersama/ Bergerak lebih cepat, Pencerah Nusantara/ Perubahan untuk Semua..."

"Cepat-cepat, Pencerah Nusantara/ Lebih cepat tuk impian bersama/ Cepat-cepat, ayo para juara/ Lebih mudah jika kita bersama..."

Dan tak terasa, kamipun tiba di SD Sedaeng 2. Kami diterima oleh Pak Miseri, S.Pd., Kepala SD Sedaeng 2, dan diperkenalkan ke semua guru yang ada. Pak Miseri sedikit bercerita tentang karirnya sebagai kepala sekolah. Saat ini beliau diberi tanggung jawab untuk memimpin 2 SD. Berat? Pasti, karena rumah beliau ada di daerah Pasuruan dan beliau harus membagi waktu untuk 2 SD. Sebelum di Sedaeng 2, beliau ditempatkan untuk memimpin salah satu SD daerah terpencil lainnya di Kec. Tosari. Tapi yang mengagumkan adalah, beliau tidak pernah mengeluh. Dengan canda saya bilang, "Wah, sepertinya bapak jadi spesialis ditempatkan di daerah yang jauh-jauh ya?" Jawab beliau dengan santai tapi pasti, "Yang penting itu seneng. Ikhlas dan tidak mengeluh." Itu baru pahlawan!!
Selain Pak Miseri, ada juga guru kelas 1 yang bersama dengan kami di kantor. "Jumlah siswa kelas 1 ada berapa, Ibu?" tanya kami. "Sebenarnya ada 3, Kak, tapi yang 1 sudah lama sekali tidak masuk sekolah lagi, jadi sekarang saya ngajar 2 siswa," jawab beliau dengan kalem.
Glek. Dua siswa saja. Sudah.
Tapi yang luar biasa adalah, demi mengajar dua siswanya, guru ini rela meninggalkan rumahnya di Pasuruan dan memilih untuk kos di dekat sekolah. Saya pikir, inilah mutiara-mutiara Indonesia. Para pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengabdi. Bukan sehari-dua hari mereka menempuh Pasuruan-Sedaeng 2 tapi setiap hari, dari Senin sampai Sabtu, demi mengajar siswa-siswa harapan mereka. Sungguh, saya belajar tentang makna pengabdian dari cerita para guru di sekolah ini. So proud of them!

Bagaimana dengan siswanya?
Saya akan lanjutkan cerita saya.
Jadilah ke-27 siswa tersebut dikumpulkan dalam 1 kelas. Bahkan satu kelas juga masih terlalu besar untuk mereka semua.
Beginilah kira-kira suasana di kelas dengan 27 siswa


Kami masuk kelas dan memperkenalkan diri. Setelah perkenalan, kami mengajarkan “Tepuk Anak Sehat” yang terinspirasi juga dari yel-yel selama pelatihan di Akmil.

“Siapa yang anak sehat tepuk tangan... Siapa yang anak sehat tepuk bahu... Siapa yang anak sehat dan memanglah begitu, siapa yang anak sehat tepuk paha... Siapa yang anak sehat injak bumi... Siapa yang anak sehat petik jari... Siapa yang anak sehat dan memanglah begitu, siapa yang anak semuanya...”

Dengan penuh semangat anak-anak itu menyanyikan Tepuk Anak Sehat. Lalu, kami memberikan penjelasan mengenai cara menjadi anak sehat, penyuluhan PHBSpun diberikan. Selain PHBS, anak-anak juga dijelaskan mengenai pemberian obat cacing dan imunisasi. Hal ini untuk mengurangi rasa takut anak-anak terhadap imunisasi. Penjelasan ditutup dengan Senam Trekjing andalan kami (:
Kakak Kinan menjelaskan Langkah-Langkah Menjadi Anak Sehat (:

Selanjutnya, anak-anak kami bagi 2, kelas 1 skrining baru imunisasi dan diberikan obat cacing, kelas 2-3 imunisasi dulu baru diberikan obat cacing, kelas 4-6 cek garam baru imunisasi.
Perawat Syamikar bekerja sama dengan sangat baik dengan jurim Puskesmas. Suasana riang dan menyenangkan dibangun oleh perawat kami. Dengan memotivasi siswa-siswa, perawat kami memberikan instruksi untuk para siswa mengangkat tangan kiri dan menggulung lengan baju mereka. Dan.....mereka menurut! Lanjut berbaris bersedia disuntik tanpa perlawanan, apalagi tangisan. Luar biasaaaa !!!  Dari kelas 1-6, semua dengan berani menghadapi jarum suntik.

Juru Imunisasi Puskes dan Perlengkapannya (:

Kak Syam, Perawat Pencerah Nusantara, Siap Membantu Jurim Puskes
“Sakit ndak?” tanya saya.
“Tidak,” jawab mereka sambil tersenyum malu-malu.
Dengan bangga saya mengacungkan dua jempol saya untuk mereka. Mereka adalah sekolah pertama dari 5 SD yang sudah kami kunjungi yang siswanya tidak ada yang menangis saat diimunisasi. 
Para Srikandi Kecil Pemberani Setelah Menghadapi Jarum Suntik dengan Senyuman Mereka (:

Tenang  Menghadapi Imunisasi

Senyumku Mengalahkan Ketakutanku

Jagoan Kecil yang Siap Jadi Anak Sehat
Sayangnya, masih banyak siswa yang kami temukan membawa garam yang tidak beryodium. Kebanyakan dari  para siswa ini membawa garam krosok atau garam balok yang biasanya memang kurang atau tidak mengandung yodium. Mengingat pentingnya yodium bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, kamipun memberikan penjelasan mengenai pentingnya garam beryodium. Kami memotivasi para siswa kelas 4-6 untuk membujuk ibu mereka supaya mengganti garam yang digunakan dengan garam beryodium.

Akhirnya, kegiatanpun selesai dan kami kembali ke kantor guru. Para guru keheranan karena tidak ada siswanya yang menangis. “Padahal biasanya sampai ada yang nangis dan lari-lari kabur lho, Kak,” ujar salah satu guru sambil melirik jurim Puskesmas. Ya, kami hanya mencoba memberi suasana baru ketika imunisasi. Kami sudah cukup senang di 4 SD yang lain jumlah siswa yang menangis sudah berkurang. Tapi kami lebih senang lagi ketika kami menemukan 27 anak-anak pemberani di SD ini. 27 pemberani hasil didikan para pahlawan tanpa tanda jasa. 27 pemberani yang kami coba ubah paradigmanya mengenai imunisasi.  Ucapan terima kasih dari para pahlawan tanpa tanda jasa di SD ini semakin menambah semangat kami. Tidak menyerah dengan medan yang sulit. Tidak patah arang menghadapi ketakutan anak-anak. Tidak berhenti untuk terus menyemangati para tenaga kesehatan Puskesmas dalam mengerjakan tugasnya.
Hari ini saya belajar, 27 anak-anak pemberani ini juga adalah mutiara Indonesia, juara yang harus dijaga kesehatannya sehingga mereka bisa bersinar suatu saat nanti saat ditemukan. Jarak yang jauh dan medan yang sulit seharusnya tidak menghalangi kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang baik bukan? 

Salam Sehat dari Para Pencerah Nusantara Tosari (:

Kinanthi Estu Linadi, S.KM

No comments:

Post a Comment