Masih dalam rangkaian Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),
giliran kami mengunjungi salah satu SD paling terpencil di Kecamatan Tosari, SD
Ngadiwono 2. Terletak di Dusun Banyumeneng, Desa Ngadiwono, salah satu desa
yang paling sulit dijangkau. Ambulans hijau Puskesmas siap mengantar kami
menuju ke SD tersebut. Awalnya, perjalanan masih lancar karena jalan mulus
aspal sampai Dusun Ngadiwono. Namun begitu masuk ke Dusun Banyumeneng, jalan
macadam siap menyambut kami. Macadam adalah jalan sempit yang masih belum
diaspal, hanya tanah liat dan berbatu-batu. Sebelah kiri kami jurang, sebelah
kanan tembok tanah dengan berbagai macam vegetasinya. Pak Soleh, driver andalan
kami, terlihat sudah terbiasa dengan medan yang ada, tapi tetap waspada. Kondisi
jalan sehabis diguyur hujan, menjadi licin dan sering membuat mobil ambulans
sedikit selip. Jangan tanya bagaimana kondisi kami di bagian bangku belakang
ambulans. Perawat kami sampai tumbang karena berguncang-guncang isi perutnya. Badan
kami terlempar beberapa kali karena goncangan laju ambulans. Ke kanan, ke kiri,
dan tidak jarang sedikit terlempar ke atas. Dalam pikiran saya, bagaimana jika
ada ibu hamil yang mau melahirkan di sini??
Setelah menempuh perjalanan yang luar biasa (bisa dibayangkan dari goncangan dalam 2 video singkat kami), sampailah kami
di SDN Ngadiwono 2. Sekali lagi kami menjumpai para pahlawan tanpa tanda jasa
di tempat ini.
“Kalau di sini itu, bukan siswa yang nunggu gurunya tapi
guru yang nunggu siswanya.”
Kira-kira begitu ujar salah seorang guru SDN Ngadiwono 2. Artinya,
jumlah murid di sana memang tidak banyak. Bahkan, tidak jarang mereka yang
harus menunggu siswanya datang. Maklum, sebagian besar siswa mereka tinggal di
Dusun Ketuwon, masih sedikit jauh dari Dusun Banyumeneng. Sulitnya medan
membuat para murid mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.
"Makanya anak-anak jarang ada yang kelihatan bersih, Mbak. Karena ya itu tadi, berangkatnya sudah kotor lewat tegal. Kadang kalau hujan ya kami ndak memperbolehkan mereka pulang dulu. Bahaya jalannya..."
Seperti biasa, saya masuk ke kelas 1 untuk memberi penyuluhan. Ada 12 siswa, semuanya tidak banyak bicara, tidak seperti kebanyakan siswa SD lainnya yang cenderung aktif. Maka, saya mencoba memberikan informasi PHBS sesederhana mungkin. Mendorong mereka untuk ingat menggosok gigi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mandi 2 kali sehari. Kemampuan bahasa Tengger minimalispun saya gunakan semaksimal mungkin agar mereka mengerti pesan yang disampaikan.
Pemeriksaan kesehatanpun dimulai. Sementara dr. Maria melakukan pemeriksaan kesehatan, saya sedikit mengobrol dengan guru kelas 1.
Kinan (K): Ibu udah berapa lama ngajar ndek sini?
Ibu Guru (IG): Masih 10 tahunan, Mbak
K: Waah, udah lama banget... Masih kerasan bu?
IG: Haha, ya masih, Mbak. Kalau bukan orang Ngadiwana sendiri yang ngajar ndek sini ya siapa lagi yang bisa bikin mereka jadi lebih baik? (Dua jempol saya untuk Ibu Guru ini...!!)
K: Betul, Ibu... Pengabdian.
IG: Iya, Mbak. Pengabdian. (Sekali lagi saya belajar tentang apa itu pengabdian)
K: Ibu kelau berangkat gmn? Kan jalannya kayak gitu?
IG: Ya naik motor, Mbak. Mau gimana lg. Anak-anak itu kalau berangkat malah jalan kaki nglewatin tegal-tegal. Makanya ini masih untung banget mereka masih mau sekolah. Tahun ini ada yg umur 10 tahun baru masuk kelas 1. Ya sudah begini ini Mbak keadaanya.
K: Wah, luar biasa. Semangat terus nggih, Bu?
IG: Ya harus semangat, Mbak.
Hati saya diam-diam bersyukur bisa belajar dari ibu guru ini. Semangatnya, keyakinannya untuk meningkatkan derajat hidup siswanya, ketekunannya, kerelaannya berkorban, ...
Setelah imunisasi, saya menyempatkan main dengan anak-anak kelas 6. Di Kota, anak2 SD mungkin sudah menghabiskan waktu istirahat dg ke kantin, main HP atau laptop. Di sini, anak2 menghabiskan waktu istirahat dengan bermain voli. Saya dan Syam ikut bermain sebentar. Tanpa diduga, permainan mereka luar biasa sekali. Saya cuma bisa terpana lihat mereka dengan lihainya melakukan passing demi passing dan berebut poin. Cara mereka bicara dengan kami, bahasa jawa krama halus. Ah, saya jatuh cinta pada anak-anak di SD itu.
Siswa Kelas 1, Laskar Pelangi dari Dusun Ketuwon |
Siswa-Siswa Istimewa Hasil Didikan Para Guru Istimewa |
Senyum Anak-Anak Pemberani |
Kak Ncan Penyuluhan PHBS di Kelas 2-3 |
Ini Dia, yang Berani Senam Cuci Tangan di Depan Kelas (: |
Setelah cerita dari Banyumeneng, saya kembali menelusuri desa-desa yang jauh di Tosari untuk mengantar surat Undangan Pelatihan Pengolahan Sampah Anorganik dan Organik. Ya, masalah sampah di sini memang masih menjadi PR untuk diselesaikan bersama. Ketiadaan TPA menjadi kendala terbesar pengelolaan sampah di sini. Perilaku membuang sampah di jurang tentu akan mengurangi keindahan Kecamatan Tosari sebagai daerah pariwisata. Itulah mengapa kami bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan berencana mengadakan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik untuk kelompok tani dan ibu PKK. Saya dan Ncan mendapat tugas untuk menyebar undangan ke Desa Ngadiwono, Mororejo, dan Kandangan. Hujan tidak menyurutkan langkah kami pergi, berkenalan, dan menyampaikan surat undangan kepada Pak Inggih (Singkatan dari Petinggi, sama dengan Kepala Desa) desa tujuan kami. Hujan memicu hawa dingin yang menusuk tulang. Tapi semangat dan harapan kami untuk membagi ilmu dengan kelompok tani dan ibu PKK mengalahkan rasa dingin. Walaupun harus pinjam sepeda motor tetangga karena motor dinas kami rusak, walaupun sempat tersesat di jalan karena kami bertanya arah 'Kandangan' tapi malah diarahkan ke 'Kandangsari' (2 tempat yang namanya hampir sama tapi letaknya sungguh jauh berbeda), tapi kami bersyukur Tuhan menyertai perjalanan kami. Bersyukur karena para Inggih ini menyambut kami dengan baik. Sekali lagi kami menyadari pentingnya membangun hubungan dengan tokoh masyarakat. Dalam perjalanan mengantar surat, tidak ada satupun keindahan alam Tosari yang kami lewatkan.
Masih ada 1 dusun yang menantang lagi yang menanti kami kunungi, namanya Dusun Pandansari. Ada SD Kandangan 2 di sana. Seperti apa ceritanya? Seperti apa pula keindahan alam sepanjang mengantar surat undangan? Dan bagaimana juga cerita jalannya Pelatihan Pengolahan Sampah yang dihadiri Kelompok Tani dan Ibu PKK di sini? Tunggu saja yaa (:
Salam Sehat dari Pencerah Nusantara Tosari!
Kinanthi Estu Linadi, S. KM
No comments:
Post a Comment