Followers

Tuesday, April 23, 2013

Bromo: Di Balik Kisah Susu Sapi


Saya masih berada di sebuah desa di kaki Bromo yang ternyata memproduksi susu sapi selain bertani. Setelah 4 bulan berkeliling ke berbagai desa, akhirnya saya sampai di desa Baledono. Jika anda berpergian menuju Gunung Bromo dari arah Pasuruan-lalu naik ke Pasrepan hingga Puspo maka desa Baledono akan anda temui sebagai pintu masuk ke kawasan wisata Bromo. Memang jalur pendakian menuju Bromo ini tidak terlalu ramai seperti jalur melalui Probolinggo. Wajar kiranya karena kendaraan dari Pasuruan menuju Bromo melalui desa tempat saya tingga ini terbilang sulit.

Pertama kali mencapai Desa Baledono, kami langsung disambut dengan hangatnya susu sapi murni dan juga pisang goreng yang lezat.
13653003161085393665
Susu sapi segar sebagai hidangan wajib di Desa Baledono
13653004421309663376
Pisang goreng menu pelengkap yang super lezat
13653005531753594345
Enak banget...saya sampai habis 4 gelas susu
Nah, desa Baledono ini menurut saya unik karena terdiri dari tiga dusun yang menyimpan beragam potensi. Perjalanan ke Desa Baledono ini hanya membutuhkan waktu setengah jam dari puskesmas Tosari tempat saya bertugas. Bersama tim, kami menginap selama empat hari untuk melakukan pendataan kesehatan keluarga. Setelah melakukan pertemuan dengan semua kader dan melatih mereka cara melakukan pendataan sederhana maka keesokan harinya perjalanan seru saya dimulai.

1365300664331785543
Para kader yang luar biasa bertekad menyehatkan Desa Baledono
Setiap satu personel Pencerah Nusantara akan ditemani oleh kader ketika turun ke desa. Kader ini sangat penting dalam kesehatan desa karena kaderlah yang membantu keseharian pekerjaan tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut seperti bidan. Kader yang mengumpulkan para ibu dan bayi untuk datang ke Posyandu. Tidak jarang juga kader harus memberikan pengertian ke masyarakat yang takut membawa anaknya diimunisasi wajib hanya karena panas setelah disuntik.  Kader dengan tanggungjawab berat ini dipilih oleh masyarakat desa sendiri. Bukan hanya setahun dua tahun, saya pernah bertemu kader yang sudah mengabdi 15 tahun lamanya. Tidak terlihat seraut wajah penuh penyesalan ketika mereka tidak mendapatkan upah yang layak karena bagi mereka kader adalah jalan mengabdi untuk membuat desa mereka lebih sehat.
13653011551385745038
Para pencerah nusantara berjalan beriringan bersama para kader yang luar biasa
13653012522104148084
Psikolog Fairuz didampingi oleh Ibu Sri, kader yang sudah 15 tahun mengabdi
13653013451075102610
Perjalanan jauh yang tidak terasa melelahkan karena selalu disambut keramahan warga
Ditemani kader, perjalanan terasa jauh lebih menyenangkan. Menatap keseharian penduduk desa ini dari dekat terkadang membuat saya miris. Ada dusun yang saya tempuh dengan berjalan kaki satu jam sebelum mencapai bibir jalan raya dan hanya jalan utama yang hancur itulah yang menjadi jalan penghubung ke dusun tersebut. Saya bahkan menemui beberapa ibu hamil yang saya periksa menggunakan Vscan sebagai pengganti USG yang dapat dibawa kemana-mana. Saya tidak dapat membayangkan ketika ibu hamil tersebut harus melewati medan yang setengah mati dilewati motor karena cara terbaik adalah dengan berjalan kaki. Dan ternyata memang pernah ada orang hamil yang terpaksa ditandu lalu digotong ramai-ramai demi mencapai pelayanan kesehatan terdekat. Saya menelan ludah. Ternyata delapan desa yang ada di kaki gunung Bromo dan menjadi tanggung jawab saya ini mempunyai medan yang hampir sama. Ini masih di JAWA tapi tidak jarang kematian ibu hamil dan bayi terjadi karena terlambatnya pertolongan datang.

Sepanjang perjalanan, saya berkenalan dengan berbagai keramahan warga. Keseharian mereka yang mempunyai sapi perah harus mencari rumput pagi dan sore hari demi sapi.  Air tidak selamanya ada karena mereka harus mengambilnya terlebih dahulu di tempat penampungan air utama. Dan merokok sudah menjadi kebiasaan sehari-hari seluruh penduduk baik laki maupun perempuan karena memang kondisi dingin. Dan tidak jarang, kopi menjadi pengganti air putih untuk mereka. Pemandangan luar biasa yang membuat otak saya berpikir bagaimana membuat mereka sehat sementara mereka tidak merasa ini menjadi masalah. Yah, kita nikmati saja berbagai foto yang merekam keindahan desa ini.
1365301554582833484
Potret keseharian warga
13653016911044665429
Keseharian setelah pulang bertani di sumber air utama desa
1365301878185856417
Kami selalu disambut dengan keceriaan seperti ini
1365302008949458260
Membawa rumput dilakukan dengan berbagai cara
1365302299205225654
Potret anak pedesaan
1365303357275232093
Potret kasih sayang ibu: selalu membawa anaknya kemanapun
13653035031397318299
Sosok bocah yang kisahnya kini hanya kenangan
1365303795419604359
Suasana pendataan kesehatan keluarga
1365303919160519327
Suasana sepanjang perjalanan: kebun labu siam
1365304203586763395
Matahari malu-malu kucing menyinari Bromo
13653042821603605430
Suasana para kader mendata kesehatan keluarga
136530439373848986
Wadah yang keren
13653045741495024070
Isinya: Rokok lintingan yang selalu menemani keseharian mereka
1365304648630487043
Menatap gamang kehidupan
1365304727996464258
Ekspresi idola saya: tertawa
1365304821507693687
Berjuang untuk mengambil seember air
1365305747105617486
Keseharian, makan nasi jagung
1365305799640758603
Tetap bekerja walau sudah berumur
13653058621380953258
Alat Vscan pengganti USG untuk memeriksa kandungan
13653059451308863567
Panen kentang: Saling membantu suami istri
1365306000509193427
Terima kasih sudah tersenyum indah ya mbah
13653060891510791799
Dia menempuh sejam jalan kaki demi ke sekolah dan tetap tersenyum
13653065101271585521
Jagung menjadi makanan keseharian
13653066881188683335
Terharu:Saya selalu disambut oleh makan siang seperti ini
1365306773593214540
Salah satu sudut desa yang menurut saya sangat indah dan eksotik
Salam Pencerah Nusantara Tosari
dr.Hafiidhaturrahmah

No comments:

Post a Comment