Genap 6 bulan menjadi Pencerah
Nusantara.
Benarkah dulu kita hanya orang-
orang yang sekedar ingin?
Mendaftar, mengikuti serangkaian
tes, diterima, mengikuti pelatihan, berangkat ke penempatan. Lalu?
Rupanya kondisi di lapangan
sering tak berpihak ; dukungan terbatas, akses terbatas, wilayah geografis
terbatas. Belum lagi keterbatasan sumber daya tim, keterbatasan ilmu, sampai
keterbatasan diri yang tak selalu bisa melakukan apa yang kita mau, apalagi
membuat orang lain melakukan apa yang kita bayangkan.
Tak semua ada dalam
jangkauan tangan.
Tapi keadaan seharusnya tak lebih
sulit dari yang kita pikirkan atau pernah takutkan, kawan. Setidaknya kita
sudah sampai di sini.
Entah pada hari yang sering kita
kutuk daripada syukuri. Mungkin sudah beberapa kali kita bertanya pada diri,
kenapa dulu memutuskan mau melakukan ini? Tapi setelah berjauh- jauh
meninggalkan rumah, apa kita kemudian menyerah dan hanya akan membawa pulang
keluh kesah?
Bilangan waktu sudah membawa kita
sampai ke sini.
Atas segala keterbatasan, kini
tinggal satu keterbatasan yang nyata.
Keterbatasan waktu. Waktu kita tak banyak lagi.
Sejak pertama bertemu, kita tak
dinyatakan lulus karena kita yang paling pintar. Tugasnya berat pula, mendorong
kekuatan pelayanan primer dan menciptakan best practice kesehatan berbasis
komunitas. Butuh kemauan keras, kreativitas, ide- ide sederhana yang terus
dicoba dan banyak kemungkinan gagalnya. Butuh orang yang mau belajar dan berani
salah kemudian memperbaiki. Mungkin karena itu.
masalah tak selesai saat kita melihatnya dari kaca pembesar dan bukan meneneropong seperti biasanya. Butuh ketangguhan menghadapi
masyarakat yang sudah nyaman dengan cara hidupnya. Bagi kita masalah, bagi
mereka bukan. Butuh kesabaran untuk masuk ke sistem yang sudah nyaman dengan
tata kelolanya. Butuh keluwesan untuk tinggal bersama dan berbagi ranjang
dengan orang yang tak pernah kita kenal sebelumnya, tapi dalam satu tahun harus
menyatukan kepala, hati dan tangan.
Tapi ini bukan soal satu tahun dalam
hidup. Ini adalah hidup dalam satu tahun.
6 bulan ke depan akan menjadi yang paling berharga, yang paling bermakna. Mungkin sampai adrenalin menembus ubun- ubun kepala, seperti training survival wanadri yang hanya model kecil dari perjalanan singkat kita ini. Memberikan segalanya tanpa sisa di kepala.
Jaga kesehatan kawan, dalam doa
kita mendekap, menjaga lingkar integritas setelah suatu ketika kita pernah
bergenggaman. Harus tetap dan selalu semangat, sampai Tuhan mempertemukan kita bertiga
puluh dua di Jakarta.
SEMANGAT #teammentawai
#teampakisjaya #teamkelay #teamlindu #teamogotua #teamende #teamtosari!
Sincerely,
Your only one psychology team mate
No comments:
Post a Comment