Followers

Wednesday, February 4, 2015

Yang Lanjut Usia, Yang Berprestasi ! (sebuah rekap kegiatan di Bulan Desember)

Ada yang sedikit berbeda dari nuansa Bulan Desember di Kecamatan Tosari, khusunya untuk para kaum lanjut usia (lansia). Alhamdulillah, demi menyemarakkan semangat Hari Ibu yang jatuh pada bulan tersebut, Tim Penggerak PKK Kecamatan Tosari mengajak Pencerah Nusantara 3 Tosari untuk menyelenggarakan lomba senam untuk lansia. Nah, sejujurnya bukan hanya senam lansia saja yang diselenggarakan dalam Perayaan Hari Ibu, masih ada lomba senam parenting, menu makanan sehat, dan masih banyak lagi. Berhubung lomba senam lansia ini juga menjadi fokus dari Upaya Pengembangan Puskesmas, makanya kami terlibat secara penuh dalam proses pelaksanaannya.


Ira (Pemkes PN3 Tosari) & Rona (Perawat PN3 Tosari) sedang memandu pembukaan acara

Ira sedang memimpin senam bersama
Lyda (Bidan PN3 Tosari) yang berperan besar dalam persiapan serta pelaksanaan senam lansia

Sebelum pelaksanaan lomba dimulai, kebetulan Pencerah Nusantaa 3 Tosari sedang berupaya untuk mengaktifkan kembali senam yang sudah seharusnya ada di setiap Posyandu Lansia. Oleh karena itu, di 2 bulan pertama masa bhakti, kami mencoba memperbanyak CD Senam Lansia dan juga mengadakan pelatihan bagi para kader lansia. Dalam proses ini, Lyda (bidan PN 3 Tosari) yang menjadi penanggung jawab program ini. Bulan berganti bulan, sampailah di Bulan Desember :) 
Bapak Camat Drs. Iyo Ashari beserta istri membuka Lomba Senam Lansia

Bdn. Murtini (Koor. Bidan Puskesmas Tosari) menjadi perwakilan Puskesmas dalam membuka Lomba Senam Lansia

dr. Udin (Dokter PN3 Tosari) mewakili Pencerah Nusantara membuka Lomba Senam Lansia
Lomba Senam Lansia ini sebenarnya wajib diikuti oleh semua desa. Mengapa ? Karena lomba ini ditujukan untuk mencari perwakilan terbaik yang akan dikirim ke Lomba Senam Lansia tingkat Kabupaten Pasuruan. Sayangnya, ada 1 desa, yaitu Baledono, yang tidak mengikuti lomba ini. Namun, meskipun begitu, hal ini tidak menyurutkan semangat kami serta lansia dalam perlombaan ini. Daaaan, lomba pun dimulai !

Perwakilan peserta dari Desa Sedaeng terpilih menjadi urutan pertama. Semangat tinggi nampaknya tergambarkan dari warna seragam yang mereka pakai. Perjalanan pagi yang cukup dingin dari Sedaeng sepertinya tidak menurunkan semangat mereka.
Tim Sedaeng sedang beraksi
Tim Podokoyo dengan seragam merah hitamnya 
Desa Podokoyo menjadi tim yang tampil di urutan kedua. Kali ini masih dengan semangat membara karena seragamnya pun berwarna merah. Setelah itu, Mororejo dengan seragam ungu-putih serta topi ungunya tampil memukau dengan membentuk formasi yang berbeda. Ada pemandangan menarik di sini, hampir semua peserta dari Mororejo yang tidak lain lansia sangat bersemangat dan hampir sempurna dalam setiap gerakannya.
Formasi 'berbeda' dari Tim Mororejo
Penampilan selanjutnya adalah Desa Kandangan. Desa yang sejujurnya belum memiliki kegiatan Posyandu lansia ini semangat sekali ikut menyemarakkan lomba dengan seragam hijau hitamnya. Masih dengan seragam hijaunya, Desa Tosari menjadi penampil kelima yang memeriahkan Lomba Senam Lansia. Jujur, Desa Tosari inilah yang tampil dengan kostum yang sangat ciamik.

Penampilan Desa Kandangan di bawah kabut pagi Tosari
Kostum ciamik dari Desa Tosari


Ibu-ibu bugar dari Desa Ngadiwono

Ranger Orange dari Desa Wonokitri
Dua penampilan terakhir diisi oleh Desa Ngadiwono (dengan seragam merah menyalanya) dan Desa Wonokitri (dengan seragam orange-nya). Dua desa terakhir ini ialah dua desa wisata yang cukup terkenal di Tosari loh :)

Penampilan pun usai . . .

Waktunya dewan juri merekap skor yang telah diisi :)
Ibu Kartono (Ketua TP PKK Tosari), Bdn. Wayan (Koor. Kesehatan Usila Puskesmas Tosari), Julia (AISEC's student) dan Bdn. Lyda sedang berfokus melakukan penilaian


Ida (Pemkes PN3 Tosari) bergoyang duma saat sesi penutupan sambil menunggu pengumuman pemenang
Daaan, pemenangnya adalah . . .
Perwakilan Sedaeng (Juara Harapan I)-Mororejo (juara 3)-Wonokitri (juara 2)-Ngadiwono (juara 1)

Tim Pencerah Nusantara 3 Tosari beserta jajaran dewan juri dan pemenang



Daaaan, inilah beberapa momen spesial yang menunjukkan bahwa semangat lansia masih juara yang sempat kami tangkap :
Yang lanjut usia, yang berprestasi :)
Instruktur Mororejo yang sangat lincah di usia senjanya
Salam sehat !
@ronacahyantari


Tuesday, February 3, 2015

Orangtua Juga Harus Belajar.....!!!



Orang tua dan keluarga  adalah pendidik pertama bagi anaknya. Ya...sebuah ungkapan lama yang masih sering diungkapkan di zaman sekarang.  Oleh karena itu menjadi orang tua juga harus belajar, belajar untuk bisa mendidik anaknya dengan baik. Selain sebagai pendidik Orang tua dan keluarga merupakan pusat kontrol bagi anaknya terutama dari segi pergaulan anaknya.

Masa remaja adalah fase yang pasti dilalui oleh setiap individu. Fase tersebut merupakan fase pencarian jati diri bagi seorang anak, sehingga tak salah jika sebagian orang menyebutnya sebagai masa yang labil. Nah....disaat itulah remaja mulai mencari kiblat bagi dirinya untuk dicontoh, mulai dari gaya fashion, tongkrongan hingga pergaulan, sehingga tak jarang remaja salah menentukan arah karena salah menentukan model bagi dirinya.
Masa labil juga turut menjadi media yang empuk bagi virus-virus menginfeksi kehidupan remaja, virus tersebut sering di sebut dengan Virus remaja yg didalamnya berisi HIV/AIDS, NAPZA dan Seksualitas. Ketiga virus inilah yang orang tua juga harus ketahui dan pahami, karena sejalan dengan perkembangan zaman. Virus ini tidak hanya menjangkiti remaja kota saja, melainkan remaja desa bahkan pelosok juga sangat memungkinkan untuk terinfeksi virus tersebut, termasuk remaja suku Tengger di Tosari.

Memang virus yang dimaksud bukanlah sebuah virus yang mematikan sejenis flu burung atau virus HIV yang langsung dapat menyebabkan kematian. Namun  virus tersebut akan melumpuhkan masa depan seorang remaja. Hal ini tentunya lebih berbahaya karena masa depan seorang remaja dapat hancur seketika manakala terkena virus-virus tersebut.
Seperti yang banyak terjadi di Tosari, remaja usia sekolah menengah pertama atau menengah atas terhenti sekolahnya karena harus menikah atau malah sebelumnya sudah hamil terlebih dahulu. Masalah kehamilan yang dialami oleh remaja putri bukanlah sebuah masalah yang serta merta hanya remaja putri yang bermasalah dan perlu dibina, tetapi remaja putra sebagai relasi juga harus dibina agar tahu bahaya atau dampak melakukan hubungan seksual terlalau dini termasuk melakukan hubungan seks pra nikah. Keduanya sama-sama membutuhkan arahan dan bimbingan agar tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan terlarang tersebut.

Kenakalan remaja yang telah terjadi, hingga menimbulkan kehamilan dan menyebabkan putusnya sekolah yang secara otomatis mempengaruhi masa depan seorang remaja, bukanlah hanya masalah remaja saja sebagai pelaku, tetapi juga menjadi masalah orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga. Bisa jadi timbulnya perilaku-perilaku remaja yang menyimpang atau keluar dari norak yang berlaku karena remaja tidak mendapatkan suatu bimbingan atau arahan yang benar dari orang tuanya, atau orang tua hanya bisa menyalahkan setiap kali remaja melakukan kesalahan yang menyebabkan remaja enggan menceritakan segala masalahnya kepada orangtuanya, sehingga orangtua gagal mencitrakan dirinya di depan anaknya sebagai sahabat. Akibatnya remaja lebih senang menceritakan masalahnya kepada temannya yang belum tentu kompeten, bahkan banyak diantara remaja yang terjerumus pada perilaku yang tidak baik setelah “curhat” dengan temannya, karena bukan nasihat yang didapat tapi justru arahan berperilaku menyimpang.
Oleh sebab itu, orangtua harus belajar......
Suasana saat kegiatan BKR berlangsung di PKK Sunogiri
 
Belajar menjadi orangtua yang bersahabat bagi anaknya, orang tua yang memahami psikologis anaknya, dan orang tua yang pandai dalam mendidik remajanya. Belajar menjadi orang tua yang tidak hanya mengandalkan materi untuk memenuhi kebutuhan anaknya tetapi juga kasih sayang dan perhatian, sehingga anaknya tidak mencari perhatian kepada orang lain yang belum tentu dapat memberikan perhatian dengan benar.

Melalui Bina Keluarga Remaja inilah, diharapkan orangtua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang bagaimana mendidik anaknya yang menginjak remaja, serta melakukan diskusi seputar permasalahan remaja, atau berbagi pengalaman antar sesama orangtua dalam mendidik anak remajanya. Dengan begitu konflik antara remaja dengan orangtua, ataupun perilaku-perilaku remaja yang kurang benar sedikit demi sedikit dapat dikurangi dan target goal yang utama adalah meningkatnya derajat kesehatan remaja dan turunnya angka pernikahan dini serta kehamilan sebelum pernikahan. Walaupun program tersebut yang sudah berjalan hanya di dusun Sunogiri Desa Podokoyo, akan tetapi dengan adanya satu contoh dusun binaan Bina Keluarga Remaja ini dapat menjadi perangsang untuk dusun ataupun desa lain untuk tanggap dan peka terhadap permasalahan remaja.

Oleh                : Siti Khumaidah, S.K.M
Fb                    : siti khumaidah / ieda khumaida
Twitter             :@khumaida2
www.kompasiana.com/khumaida

Aksi Laskar Pencerah Tosari di Hari AIDS Sedunia (sebuah rekap kegiatan di Bulan Desember)




Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, tanggal 1 Desember adalah hari AIDS Sedunia, dimana momentum tersebut digunakan sebagai ajang bagi pelajar, Mahasiswa, ataupun AIDS untuk mengkampanyekan anti HIV & AIDS. Dalam kampanye tersebut banyak hal yang dilakukan, dimulai dari menyebarkan pita warna merah sebagai simbol anti AIDS, atau bahkan ada yang melakukan penyuluhan tentang HIV & AIDS dengan tujuan meningkatkan pengetahuan Masyarakat tentang HIV & AIDS.
 
Pita Merah sebagai simbol Hari HIV/AIDS Sedunia
Seperti tidak mau ketinggalan, Pasukan remaja Tengger yang tergabung dalam Laskar Pencerah Tosari, juga melakukan berbagai kegiatan untuk memperingati hari HIV &AIDS. Mereka turut andil dalam menyebarkan pesan dan informasi tentang HIV & AIDS kepada teman sebayanya di sekolah masing-masing. HIV & AIDS menjadi salah satu fokus kegiatan dari Laskar Pencerah karena HIV & AIDS merupakan salah satu racun remaja, sebagaimana digambarkan dalam segitiga KRR atau yang sering disebut dengan TRIAD-KRR, yaitu isu seksualitas, Narkoba dan HIV & AIDS, dimana ketiganya adalah sebuah permasalahan yang saling mempengaruhi satu sama lain atau memiliki hubungan determinan resiproc. Oleh karena itu, Laskar Pencerah  sebagai Peer Educator di Setiap sekolah masing-masing merasa bertanggung jawab atas pengetahuan teman sebayaatentang HIV & AIDS.
Jeva (siswa SMAK Baithani Tosari) berperan sebagai peer educator pada Perayaan Hari HIV/AIDS di sekolahnya


Kristina (siswi SMPN 2 Wonokitri, Tosari) sedang memberikan presentasi mengenai HIV/AIDS di sekolahnya

Sebelum Pasukan Laskar Pencerah melakaukan aksi, terlebih dahulu mereka melakukan persiapan. Dimulai dari penentuan Koordinator kegiatan, Koordinator sekolah, pembuatan Pita dan Pesan tentang HIV dan AIDS, Hingga pengumpulan materi HIV & AIDS sebagai bahan penyuluhan. Dalam kegiatan perinngatan hari HIV & AIDS terpilihlah Yoga Andika  salah satu siswa kelas XI dari SMA Kristen Baithani sebagai Koordinator Kegiatan.

Tiba hari H peringatan AIDS Sedunia setiap sekolah mulai melakukan kegiatan yang memiliki banyak cerita seru. Dimulai dari SMP-SMA Kristen Baithani yang pada awalnya berencana melakukan aksi penyebaran pita selepas Upacara Bendera, terpaksa harus di batalkan karena Upacara Bendera pada hari tersebut di tiadakan karena kondisi yang gerimis. Tapi kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah anak Laskar Pencerah di sekolah tersebut. Karena pagi yang seharusnya dilaksanakan kegiatan Upacara, di ganti dengan kegiatan renungan dan dalam kegiatan renungan tersebut salah satu anggota Laskar Pencerah yaitu Yoga memberikan sedikit renungan tentang HIV dan AIDS, selesai renungan barulah mereka menyebarkan Pita merah dan Pesan tentang HIV & AIDS. Tak hanya cukup sampai disitu kegiatan peringatan hari HIV & AIDS di SMP-SMA Kristen Baithani Tosari, selesai renungan mereka mengumpulkan seluruh siswa SMP & SMA di Caffe “Bagger” yang merupakan kantin sekolah tersebut untuk melakukan penyuluhan tentang HIV & AIDS. Seperempat waktu penyuluhan berjalan dengan baik, tapi sekali lagi kondisi tidak memungkinkan untuk dilanjutkannya penyuluhan di Caffe tersebut karena angin yang kencang yang membuat Layar atau Screen penyuluhan hampir roboh, karena Caffe tersebut memang berada di ruang terbuka yang hanya memiliki atap saja dan tempat duduk lesehan. Hal tersebut tidak membuat anak Laskar pencerah patah semangat, mereka seperti tidak kehabisan akal, mereka memindahkan kegiatan penyuluhan tersebut keruang Aula, yang ruangannya berdekatan dengan caffe Sekolah. Ketidak kondusifan sempat terjadi saat peserta penyuluhan yaitu siswa siswi SMP dan SMA harus mengangkat dan menata kursi sendiri untuk mereka gunakan sebagai tempat duduk. Untungnya hal tersebut tidak berlangsung lama hingga akhirnya penyuluhan dapat dimulai lagi. Jeffa Malaekhi siswa kelas XI adalah siswa yang kali ini menjadi pematerinya. Dalam menyampaikan materi Jeffa tampak lancar dan Percyadiri, karena beberapa hari sebelumnya dia sudah mempersiapkan materi penyuluhan dan mempelajarinya secara detail dan rinci, tak hanya Jeffa, Yoga juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan penyuluhan. Hingga akhirnya kegiatan peringatan HIV & AIDS di SMP-SMA Kristen Baithani selesai dengan hasil yang memuaskan.

SMPN 1 Tosari juga memiliki cerita dalam peringatan hari HIV & AIDS di sekolah tersebut. Paginya sebelum jam pelajaran dimulai mereka menyebarkan Pita merah dan pesan HIV &AIDS ke seluruh siswa SMP. Setelah itu mereka baru melakukan penyuluhan tentang HIV & AIDS. Tekhnis pelaksanaan penyuluhan di Sekolah tersebut adalah dilakukan di masing-masing kelas disela-ssela jam pelajaran. Tentunya sebelumnya Laskar pencerah sudah mendapatkan ijin Penyuluhan dari Kepala Sekolah, sehingga mereka diperbolehkan memberikan penyuluhan pada jam tersebut. Penyuluhan dilakukan terlebih dahulu dikelas IX dilanjutkan di kelas VIII, penyuluhan tersebut berjalan lancar tanpa kendala apapun dan siswa siswi antusias menyimak kegiatan penyuluhan. Penyulihan yang terakhir dilaksanakan di kelas VII, setengah perjalanan penyuluhan kegiatan masih berjalan lancar, akan tetapi setelah itu tanpa disangka listrik di sekolah tersebut padam, sehingga penyuluhan yang dibantu dengan media Proyektor  tidak dapat digunakan lagi. Wande yang merupakan pemateri di kelas tersebut tidak serta merta menghentikan penyuluhan tersebut. Dengan dibantu media seadanya dia tetap melanjutkan penyuluhan hingga selesai.
SMPN 2 Tosari yang berada di Desa Wonokitri yang merupakan pintu masuk wisatawan yang hendak ke wisata penanjakan maupun Gunung Bromo juga melakukan kegiatan yang tak jauh berbeda dengan sekolah yang lain. Pagi harinya mereka menyebarkan pita merah dan pesan HIV & AIDS, bedanya jika sekolah yang lain langsung ke siswa siswi sekolah, kalau SMPN 2 yang pertama diberi pita merah adalah seluruh Guru dan Karyawan di sekolah tersebut. Ternyata luar biasa antusias Guru dan Karyawan tersebut untuk memakai pita sebagai simbol kepedulian mereka dengan HIV & AIDS. Setelah itu mereka melanjutkan penyebaran pita di kelas IX dan melakukan penyuluhan di kelas tersebut. Pemateri di sekolah tersebut adalah Mega dan Wrista mereka adalah siswa kelas VIII yang tergabung  dalam anggota Laskar pencerah Tosari. Tak hanya mereka berdua saja yang melakukan penyuluhan, akan tetapi mereka didampingi salah satu guru di sekolah tersebut dalam menyampaikan materi tentang HIV & AIDS yaitu Pak Nanda, beliau adalah salah satu guru yang sangat mendukung seluruh kegiatan dan aktifitas Laskar pencerah di Sekolah tersebut. Usai penyuluhan di kelas IX barulah Mega dan Wrista dibantu dengan teman –teman yang lain menyebarkan pita kepada siswa kelas VII dan VIII.
 
Siswa SMPN 2 Wonokitri antusias dalam mendengarkan presentasi yang diberikan oleh temannya

Suasana saat Penyuluhan HIV/AIDS di SMAK Baithani Tosari

Rangkaian kegiatan peringatan HIV & AIDS di beberapa sekolah yang telah dipaparkan diatas adalah sebagian kecil dari contoh kesungguhan Laskar pencerah Tosari yang merupakan Remaja Harapan Tosari dalam menyebarkan pesan sehat di Tosari. Masih banyak lagi kegiatan yang mereka lakukan dengan tujuan untuk Tosari yang lebih Sehat dan Lebih Hebat.

Semangat Laskar pencerah Tosari....!!!
Oleh    : ST. Khumaidah, S.K.M
Fb        : Siti Khumaidah
Twitter : @Khumaida2
www.kompasiana.com/khumaida

CURAHAAN HATI ANAK SUKU TENGGER : MENUJU IYDC (Indonesian youth diversity celebration)



Berani beda, Ekspresikan Hakmu...!
Yoga Andika , siswa SMA Kristen Baithani Tosari, terpilih menjadi salah satu partisipan konferensi IYDC di Lampung
                 Inilah saya (Yoga Andika), anak dari Suku Tengger yang ingin mempromosikan  daerahnya. Seorang anak yang ingin menunjukan pada dunia bahwa dirinya mampu seperti remaja  daerah lain yang lebih maju, keinginan yang sangat kuat mengantarkan saya untuk mengikuti IYDC (Indonesian youth diversity celebration).
                Pada saat saya menulis abstrak , sedikit demi sedik saya mengupulkan informasi  tentang berbagai permasalahan remaja yang ada di Suku Tengger, dan menarik sebuah prioritas masalah yang paling menonjol di Suku Tengger. Setelah mendapatkan informasi dan permasalahanya. Saya mulai menulis abstrak yang berjudul Fenomena Pernikahan Dini di Suku Tengger” . dalam Abstrak tersebut saya berusaha untuk mengeluarkan unek-unek yang  ada dalam pikiran saya, yang tentunya unek-unek tersebut tidak hanya berdasaran persepsi saya semata, melainkan berdasarkan apa yang saya temukan dilapangan. Dengan keinginan yang besar akhirnya unek-unek tersebut berhasil saya tuangkan dalam bentuk karya tulis.
Dengan kerja keras  dan bantuan teman-teman  untuk menulis abstrak, akhirnya saya berhasil menyelesaikan karya tulis saya berupa abstrak. Dan kerja keras saya   membuahkan hasil yang manis yaitu saya lolos dalam penulisan abstrak dan pergi kelampung untuk mempresentasikan karya tulis saya. Hal tersebut adalah sebuah hadiah teristimewa setelah perjuangan panjang menulis sebuah abstrak pertama saya.
                Perjuangan tak cukup sampai disitu, saya harus mulai mempersiapkan bahan untuk persentasi termasuk berlatih untuk melakukan presentasi yang baik di depan umum. Selain itu, sebelum ke Lampung saya harus minta izin kepada Orang Tua terlebih dahulu. Hal yang diluar prediksi saya terjadi, karena saya tidak di izinkan untuk pergi kelampung oleh Orang Tua dengan alasan keamanan dan kehawatiran yang berlebih orang tua terhadap keselamatan saya, sehingga saya harus sepandai mungkin membujuk orang tua saya, dengan dibantu oleh Kakak Pencerah Nusantara untuk memohon ijin kepada orang tua saya, akhirnya dengan berat hati orang tua saya mengizinkan saya untuk pergi ke Lampung.
                 Ketika berangkat  saya diantarkan kedua orang tua sampai di sekolah  jam 02:30. setelah itu, di antar oleh   guru dan kakak Pencerah Nusantara menuju Bandara Duanda Surabaya. Sesampai di Bandara rasa seneng seakan menyelimuti, karena baru pertama kali saya ke Bandara.
Pada saat naik pesawat ada perasaan grogi yang timbul dalam perasaan saya,  rasanya dek-dekkan sekali ketika pesawat mau take off, maklum saja karena ini adalah kali pertama saya pergi menggunakan pesawat terbang.  Ketika sampai di Jakarta, bersama teman peserta IYDC dari Jawa Timur saya langsung melakukan check-in untuk melakukan penerbangan ke Lampung dan menggu di ruang tunggu. Serunya ternyata disamping saya ada anak yang juga peserta IYDC dari daerah lain, tapi saya enggan untuk bertanya, karena ada perasaan takut dan malu. Dan ketika mereka mengawali pembicaraan dengan saya, barulah saya mulai bengobrol dan saling mengenal satu sama lain dengan sangat akrab.
 Setelah sampai di Lampung (Minggu 14 Des 2014) rasanya lega, senang, dan bangga bercampur menjadi satu, disitulah saya mulai memperkenalkan diri saya sama teman-teman yang  datang dari berbagai daerah.

Hari Pertama (Senin 17 Des 2014)
                Merupakan hari pembukaan untuk memulai kegiatan IYDC , setelah resmi dibuka oleh perwakilan dari Gubernur  Lampung, mulailah panel 1 untuk persentasi hasil abstrak dari masing-masing peserta. Hari pertama camp IYDC ada perasaan yang mengganjal pada diri saya, rasanya  inggin pulang karena tidak kerasan. Walaupun saat itu saya sudah memiliki banyak teman dan kegiatan IYDC sudah mulai berjalan sesuai dengan yang dijadwalkan. Sehingga kegiatan pada hari itu tidak terlalu saya ikuti dengan baik walaupun sebelumnya,saat masih dirumah saya sangat terobsesi dengan berbagai kegiatan IYDC.

Hari Kedua (Selasa 18 Des 2014)
                Hari tersebut adalah hari dengan jadwal untuk melakukan Outbond bersama peserta yang lain. Outbond yang dilakukan itu cukup seru karena mengasah pemikiran, kekompakan dan kerjasama kelompok  untuk mencapai keberhasilan. Disitulah saya mulai kerasan mengikuti camp IYDC,dan juga saya mulai pendekatan lebih dalam dengan teman-teman  yang sebelumnya masih belum saya kenal . Pada hari itu, banyak teman-teman yang mengeluh karena saat peserta  mau mandi, ternyata air di camp mati, dan terpaksa para Peserta  tidak mandi begitu pun dengan saya. Pada malam harinya perserta IYDC membuat karya lukis dibaju yang sudah disediakan oleh panitia. Acara tersebut sangat menyenangkan bagi saya. Saya dapat mengekspresikan kreatifitas saya dalam bentuk lukisan. Lucunya banyak peserta lain yang tanya tentangmaksud lukisan saya “Yog maksud dari lukisan kamu itu apa?” terus saya jawab “Ini itu karya anak gunung yang tampilannya berbedadan lain daripada yang lain, kan temanya berani beda , Ekspresikan Hakmu. Jadi saya mengekspresikan lukisan ini ala anak Gunung”. Memang saat itu lukisan  saya sangat abstrak dan butuh memeras pikiran untuk mengetahui maksud dan pesan dari lukisan yang saya buat.

Hari Ketiga (Rabu 19 Des 2014)
                Hari ketiga merupakan hari terakhir kegiatan dan juga hari suci umat hindu yaitu hari raya Galungan. Pada waktu itu pula tepat saya mempersentasikan hasil abstrak saya. Tapi saya juga  harus sembayang di Pura, sehingga saya terlebih dahulu ikut materi, setelah itu barulah dengan  teman saya anak bali diantarkan kepura yang berada di Lampung. Setelah sampai di pura saya  sembahyang kemudian sedikit  narsis untuk kenang-kenangan. Terlalu keasyikan menikmati suasana Pura di Lampung, tanpa disadari ternyata jam menunjukkan waktu dimana saya harus tiba di camp untuk melakukan presentasi,  dengan terburu-buru saya berusaha untuk sampai di camp. Sampai di Camp saya masih harus kekamar untuk ganti baju dan barulah menuju ke ruangan presentasi, sambil ngos-ngosan, saya berusaha mempresentasikan abstrak yang telah dibuat dengan sebaik mungkin. Dihari ketiga ini, malam harinya  sekaligus diadakan  acara penutupan IYDC 2014. Selesai rangkaian acara penutupan IYDC sebagian besar peserta berkumpul di kolam renang untuk bernyanyi bersama dan berenang bersama hingga dini hari, rasanya terlalu singkat pertemuan ini, disaat saya sudah mulai nyaman dengan lingkungan dan teman baru, saat itu pula rangkaian acara IYDC berakhir yang menandakan waktunya untuk berpisah dengan teman-teman yang baru saja saya kenal.
Yoga saat mempresentasikan abstrak berjudul "Fenomena Pernikan Dini di Suku Tengger"


Suasana saat Yoga mempresentasikan abstraknya


Waktunya Pulang (Kamis 20 Des 2014)
                Pagi hari mulailah kita berpamitan kepada panitia dan juga teman-teman yang berasal dari daerah lain. Kami langsung menuju bandara Raden Inten Lampung, saya dan teman-teman dari Jawa Timur langsung melakukan check-in dan dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah itu kami menunggu   diruang tunggu untuk terbang ke Jakarta. Sampai di Jakarta, saya mendapatkan satu pengalaman yang berharga, di Jakarta bertempatkan di terminal I, saya dan  teman-teman dari Jawa Timur semua masih bersantai di Bandara Soekarno-Hatta, Kita melihat di tiket bahwa pesawat akan terbang ke Surabaya  jam 15:45, tetapi setelah dilihat lagi ternyata ditiket pesawat tertulis terbang jam 14:30 WIB dan akhirnya saya dan 3 temen saya terburu-buru menuju terminal III. Sampai terminal III kita terburu-buru untuk Check-in dan pada waktu itu sudah waktunya boarding saya lari sambil membawa barang bawaan saya yang sangat banyak sekali. Setelah sampai di bus rasanya lega sekali, saya langsung menuju pesawat, setelah sampai dipesawat saya berfikir ini merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi saya. Sampai di bandara Surabaya saya sudah di jemput  sama  guru dan kakak  Pencerah Nusantara dua orang dan saya pamitan sama teman-teman saya yang berasal dari Jawa Timur. Dalam perjalanan pulangs aya bercerita  tentang pengalama  yang saya dapat. Sampai dirumah  saya disambut oleh kedua orang tua saya,  orang tua saya meneteskan air mata  pada saat saya masuk rumah dan bercerita tentang pengalaman saya yang luar biasa di Lampung. Orang tua saya  yang sebelumnya tidak mengijinkan saya untuk  pergi  kelampung  setelah saya perlihatkan  kegiatan saya  disana, orang tua saya jadi terharu dan bangga  dengan saya. Dan pengalaman berharga selama mengikuti kegiayan IYDC adalah pengalaman mahal yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun.

Oleh    : Yoga Andika