Tanggal 31 Mei
diperingati sebagai World No Tobacco Day. Berbagai kampanye anti rokok dan
seruan-seruan untuk berhenti merokok meruak di berbagai kalangan dan daerah.
Tapi apakah tren rokok di Indonesia menunjukkan perbaikan, atau justru rokok
semakin parah menancapkan candu nikotinnya di bangsa ini ? Tahun 1970 produksi
rokok di Indonesa hanya sekitar 30 miliar batang. Tahun 2009, produksi rokok
mencapai 240 miliar batang, meningkat 800%. Namun Di saat yang bersamaan, industri
rokok di negara maju justru terdesak berbagai hal sehingga terus melempem dan menyusut.
Tim analisis Citigroup dalam guardian.co.uk memperkirakan industri rokok akan
mencapai titik terendah pada 30-50 tahun mendatang. Data setengah abad itu
menunjukkan penurunan jumlah perokok di negara maju yang merosot begitu cepat.
Bagaimana bisa
terjadi ketimpangan yang cukup besar ? Menurunnya tren rokok di negara maju
disebabkan oleh kesadaran akan pentingnya kesehatan, baik individu maupun publik
serta regulasi pembatasan rokok yang kian ketat. Kanada misalnya, mengharuskan
gambar peringatan efek rokok bagi kesehatan memenuhi 75 % kemasan. Finlandia,
awal 2011, secara resmi merilis peraturan yang didedikasikan untuk mengakhiri
rokok 2040. Obama pun kini telah meneken “The Family Smoking Prevention and
Tobacco Control Act”. Itu berarti Departemen Makanan dan Obat-obatan Amerika
Serikat (FDA) memiliki kewenangan penuh untuk membuat peraturan yang mengontrol
konsumsi rokok di kalangan remaja dan anak-anak. Obama paham betul akibat yang
ditimbulkan oleh rokok di negaranya. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
kesehatan akibat rokok bisa jadi lebih banyak daripada keuntungan yang
diperoleh pemerintah dari cukai rokok. Ia mengungkapkan bahwa kasus kematian
akibat rokok di Amerika sebesar lebih dari 400 ribu orang per tahun dan biaya
perawatan kesehatan akibat rokok mencapai USD 96 miliar, jumlah yang fantastis.
Oleh karena
itu, raksasa industri rokok dunia amat serius menggarap pasar dunia ketiga
seperti Cina, Rusia, India, dan Indonesia : populasi besar didukung pula peraturan
yang masih bisa dibengkokkan (dengan sentiment nasib petani & buruh industri
rokok). Regulasi di Indonesia ? Rata-rata tarif cukai rokok di Indonesia masih
rendah dibandingkan negara-negara lain. Ini memungkinkan rokok dijual dengan
harga murah, sehingga terjangkau oleh kalangan yang lebih luas.
Rokok : Permasalahan Kesehatan Masyarakat yang Mengerikan
Menurut data
WHO 2014 : Rokok membunuh 6 juta orang setiap tahunnya. Lebih dari 5 juta
kematian adalah hasil langsung dari penggunaan rokok, sementara lebih dari
600.000 kematian adalah hasil paparan asap rokok pada perokok pasif. Ada
sekitar satu orang meninggal setiap 6 detik karena penyakit yang terkait rokok.
Perokok yang meninggal lebih awal akan menggoncang ekonomi keluarganya, serta
meningkatkan biaya kesehatan dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Nasib perokok
pasif ternyata juga tak kalah menyedihkan. Pada orang dewasa, asap rokok pada
perokok pasif dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan yang
serius, pada bayi asap rokok dapat menimbulkan kematian mendadak, pada wanita
hamil dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang jauh
lebih rendah. Hampir setengah dari anak-anak menghirup asap rokok secara rutin
di tempat umum. Lebih dari 40 % anak paling tidak memiliki satu orang tua yang
merokok.
Perkembangan Populasi Perokok di Indonesia
Populasi
perokok di Indonesia terus meningkat, tahun 1995 hanya 27 % penduduk Indonesia
yang mencandu rokok. 15 Tahun kemudian, Riskesdas Kemenkes 2010 menunjukkan ada
80 juta jiwa atau 34 % penduduk Indonesia mencandu rokok. Ini berarti 1 dari 3
penduduk Indonesia adalah perokok. Masih berdasarkan data Riskesdas Kemenkes RI
2010, dengan produksi 240 miliar batang setahun, setiap perokok di Indonesia
diperkirakan menghisap 4000 batang rokok setahun
Bagaimana
dengan perokok muda ? Lajunya juga tumbuh dengan pesat. Industri rokok tahu
betul perokok muda adalah aset terbesar mereka. Semakin awal seseorang mencoba
merokok, semakin sulit ia melepas candu nikotin. Di belahan dunia yang lain, Amerika
melarang iklan rokok dalam berbagai format, termasuk di layar televisi.
Sementara Indonesia bisa dibilang surganya industri rokok. Industri bisa
leluasa mempromosikan bahwa merokok itu keren, cool, dan penuh tantangan. Anak muda adalah investasi industri rokok
untuk menjamin bahwa pasar masa depan akan selalu ada.
Philip Morris,
menurut Vanguard , penggagas documenter berjudul ‘Sex, Lies, and Cigarettes’,
mengeluarkan uang 200 juta dolar amerika untuk pemasaran di Indonesia,
khususnya untuk menyuburkan lahan perokok muda, caranya dengan menanam
sponsorship di berbagai kegiatan yang disukai anak muda, film, konser, musik,
dan olahraga.
“Rokok
bisa jadi ancaman, tak main-main, kualitas generasi muda menjadi taruhan
apabila tren peningkatan perokok belia ini terus dibiarkan berlanjut”-Hakim
Sorimuda Pohan
Anak-anak juga
tak lepas dari paparan rokok, keluarga dan masyarakat membombardir anak-anak
dnegan kebiasaan merokok, dengan santai menghisap nikotin di depan anak-anak.
Faktanya, hanya dalam lima tahun selama 2001-2004, presentase perokok belia
(5-9 tahun) meningkat tajam dari 0.,4 menjadi 1,8 persen = 5 kali lipat.
Pentingnya Regulasi
Berbagai
gerakan masyarakat yang peduli kesehatan dan menolak rokok telah menjamur. Ini
merupakan perkembangan yang cukup positif. Tak sedikit pula anak muda yang
gencar mengkampanyean isu anti rokok dengan cara-cara yang kreatif dan menarik.
Namun swadaya masyarakat saja jelas tak cukup untuk menekan laju perokok.
Dibutuhkan dukungan pemerintah untuk menetapkan regulasi yang kontra rokok. Ada pihak-pihak tak berdaya yang butuh perlindungan dari gempuran rokok yang kian menggila, seperti anak-anak dan remaja.
Salah satu solusi yang ditawarkan WHO dalam kampanye World No Tobacco Day tahun ini adalah meningkatkan pajak. WHO membesut tema "naikkan pajak agar bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa". Meningkatkan pajak rokok dan membuat harga rokok 2 sampai 3 kali lipat lebih mahal adalah cara yang efektif untuk mnurunkan populasi perokok muda. Itu berarti memutus lingkaran setan candu rokok.
Sampai regulasi itu nyata, perjuangan melawan rokok tak akan pernah berhenti...
@banibacan
No comments:
Post a Comment