Melihat pentingnya Musrenbang,
tim Pencerah Nusantara Tosari tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi
mengajukan usulan di dalam Musrenbang. Kami berkeliling dari desa ke desa untuk
mengangkat isu kesehatan sebagai kebutuhan yang juga harus diprioritaskan. Kami
mengangkat isu bahwa pembangunan yang utuh bukan hanya sebatas pembangunan
fisik tetapi juga pembangunan sumber daya manusia.
Ada yang sudah pernah mendengar
istilah ‘Musrenbang’? Mungkin ada yang sudah, ada juga yang belum. Bagi kita,
terutama yang tinggal di perkotaan, istilah Musrembang bisa jadi istilah yang
jarang sekali kita dengar. Musrenbang adalah singkatan dari Musyawarah Rencana
Pembangunan, dimana di dalam Musrenbang desa diundang semua perangkat desa,
tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk membahas rencana pembangunan untuk
desa. Semua kebutuhan desa akan dibahas
dan kemudian diputuskan mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dan
dialokasikan dalam Anggaran Dana Desa (ADD).
Musrenbang menjadi kesempatan
bagi kami, Tim Pencerah Nusantara, untuk melakukan pendekatan formal dengan
para perangkat desa serta jadi kesempatan untuk mendorong desa memikirkan sisi
kesehatan. Lewat Musrenbang kami mendorong desa memikirkan kebutuhan Posyandu
dengan serius, sama seriusnya dengan ketika desa memikirkan kebutuhan akan
kondisi jalan utama. Lewat Musrenbang juga kami mendorong desa untuk peduli
kesehatan ibu dan anak sehingga bisa muncul kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Rokok memang suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari warga Tosari tetapi
bukan berarti asapnya tidak bisa dikendalikan. Lewat Musrenbang kami mengajak
para tokoh desa untuk tidak merokok di sekolah, rumah,dan ketika rapat desa. Tidak
mudah memang, tapi bukan berarti tidak bisa diusahakan kan?
Musrenbang juga jadi kesempatan
kami sosialisasi mengenai BPJS. Konsep BPJS yang seperti ‘menabung tapi tidak
bisa diambil uangnya’ sulit diterima oleh masyarakat. Belum lagi kekhawatiran
masyarakat menerima pelayanan yang tidak maksimal jika menggunakan BPJS,
membuat masyarakat tidak begitu antusias mendaftar BPJS. Meskipun begitu, kami
tetap mendorong masyarakat untuk mendaftar BPJS sebagai bentuk investasi
kesehatan jangka panjang.
Dari Musrenbang ini kami belajar
bahwa kesehatan itu tidak bisa dikerjakan sendiri oleh tenaga kesehatan. Butuh kerjasama
lintas sector,bahkan sampai ke level desa. Bukan hanya Puskesmas yang
bertanggung jawab akan kebutuhan kesehatan masyarakat tetapi butuh juga
dukungan dari BKD, PNPM, PKK, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Cakupan
pelayanan bumil dan balita butuh dukungan kepala desa untuk memastikan kondisi
Posyandu baik, butuh dukungan ketua tim penggerakPKK desa untuk memotivasi
kader posyandu, butuh dukungan tokoh masyarakat untuk memotivasi para bumil dan
ibu balita untuk datang ke Posyandu. Begitu juga dengan cakupan pemeriksaan
bumil, pengendalian pernikahan dini, skrining penderita Tb, dan sebagainya,
semua butuh keterlibatan para petinggi dan masyarakat desa. Dari Musrenbang
kami belajar bahwa tenaga kesehatan,khususnya di tingkat grass-root, tidak bisa
mengabaikan para tokoh di desa. Butuh membangun kemitraan dan kepercayaan
dengan para tokoh desa supaya semua bisa memikul tanggung jawab kesehatan
masyarakat bersama-sama. Bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang sulit
(:
No comments:
Post a Comment