Followers

Wednesday, October 9, 2013

Sekapur Sirih diPenghujung Tugas

Seperti inilah cara kami sebagai pemuda mengambil bagian untuk mengabdi pada negeri terlepas dari (si) apa yang berada dibelakang kami.Satu hal yang pasti, Merah Putih tidak akan terganti!


Waktu tidak pernah menunggu, dengan itu jangan banyak berdiam diri
Waktu tidak pernah tergesa- gesa, maka tidak perlu terburu-buru

***

Pencerah Nusantara Angkatan 1, masih diberikan belasan hari untuk menikmati kidung didesa Tengger. Setelah hampir satu tahun berada di desa ini dengan segala pernak-pernik kehidupan yang dengan hati terbuka kami terima.

Perjalanan yang sulit tidak pernah terasa sulit sedari awal, karena kami telah mempersiapkan kondisi terburuk yang akan kami terima dalam gerakan ini. Niat baik akan berbanding lurus dengan proses pun hasil..

Kami memang belum melakukan banyak hal dengan sempurna, tetapi mimpi dan harapan yang kami bagi pada anak-anak di Tengger adalah tanaman yang suatu saat kami yakin, mereka akan menjadi bibit unggul yang dapat melahirkan generasi yang unggul.

Saya selalu mengatakan kepada mereka pun pada diri sendiri bahwa " Dunia tidak hanya memiliki satu sisi, Apapun yang ada di dunia selalu berpasangan. Jika ada tawa, maka ada tangis. Jika ada kebaikan, maka ada kejahatan, dan seperti itulah hidup mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menjalaninya "  Hal ini saya sampaikan supaya mereka mempersiapkan diri pun hati untuk menerima segala "perbedaan" antara harapan dan kenyataan. Karena kekecewaan akan selalu ada ketika harapan kita gantungkan pada sesama.
***

Masalah kesehatan tidak ubahnya seperti luka yang membusuk karena penyakit gula yang tidak diobati dengan benar. Kita hanya mengatasi bagaimana luka itu bisa mengering dan sembuh, tetapi tidak mengobati supaya penyakit gula itu sembuh dengan sempurna. Terlalu banyak alasan yang kita jadikan sebagai pembenaran, menghabiskan banyak waktu dan percobaan hanya untuk mencari perhatian. Padahal sederhana saja untuk membuat semuanya perlahan lenyap. Dengan Pendidikan, adalah salah satu jalan keluar yang tepat meski tidak cepat.

Anak muda hanya membutuhkan media pendukung untuk mereka bisa mengenyam pendidikan yang tak terhingga. Tidak perlu dibuat pusing dengan mengganti konsep belajar sesering mungkin terlebih lagi dengan menggunakan dana berjumlah besar. Bagaimana jika dana-dana tersebut dialokasikan untuk anak-anak pemburu beasiswa dan pemburu ilmu? bukankah jauh lebih bermanfaat? Memang tidak mengubah angka yang dicari, tetapi untuk masa depan bersama, bukan begitu? (ah, mungkin saya yang salah.)

***
Kami, Pencerah Nusantara selama mengabdi 1 tahun tidak menghabiskan waktu kami untuk mengobati orang sakit saja, atau hanya membantu melahirkan saja. Tetapi kami berjalan bersama, untuk membuat saudara kami di Tengger untuk tetap sehat, supaya melahirkan anak yang sehat sempurna, dengan membagi ilmu yang tidak pernah bosan kami sampaikan kepada mereka apa bahaya dan bagaimana cara agar mereka bisa menjaga kesehatan diri mereka. Sebagian besar mereka memang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi bukan masalah. Mereka adalah masyarakat yang hebat. Menerima kami dengan tangan, hati, dan pintu rumah yang terbuka. Bagaimana tidak kami begitu semangat untuk menjadi " sales" di profesi kami.

Pendekatan dengan kearifan lokal menjadi alat yang kami gunakan untuk masuk ke dalam masyarakat Tengger. Membuat kami tidak dipandang sebagai orang kota yang membawa " ke-sok-tahuan", melainkan dianggap sebagai sanak saudara yang membawa penyegaran, pembaharuan. Seperti itulah kami akhirnya, menyebarluaskan misi kami, membuat mereka merasa memiliki tugas untuk bersama menjaga kesehatan.

***
Pak, Bu!
Betapa kita, orang kota 'terlalu pintar' dalam membuat kebijakan atau program untuk anak desa pun masyarakat desa tanpa kita benar-benar mengetahui apa yang mereka butuhkan. Benar! kita punya tugas masing- masing. Mungkin, Bapak-Ibu disana tidak mendapatkan pesan yang sebenarnya dari antek-antek yang ditugaskan entah apapun alasannya. Yang pasti, banyak sekali dipelosok negeri anak muda yang ingin menjadi "Agent of Changes" diberbagai bidang yang sudah menyiapkan semangat, tetapi membutuhkan "peluru" dan "pasukan" untuk bisa menjalankan misi mereka. 

Pak, Ibu
Indonesia merdeka setelah ratusan tahun dijajah, dan saat ini kita hanya membutuhkan keberanian dan kematangan konsep untuk kembali merdeka. Bukan lagi melawan menir, tetapi pribumi yang tengah menghancurkan bangsanya hanya karena rupiah dan keserakahannya sendiri.
Tidakkah begitu?
***

Ah, rasanya lebih tenang menjadi bagian dari anak-anak Tengger. Yang tidak perlu pusing ketika rupiah semakin merosot,ketika angka kematian Ibu dan Bayi meningkat,ketika kemiskinan semakin ekstrim, ketika penyakit akut bernama korupsi semakin merata penyebarannya, ketika negara terombang-ambing oleh issue ini itu, ketika narkoba-miras menjadi pilihan banyak generasi untuk membuat masalah tidak terasa,ketika kesenjangan sosial menjadi pembeda.

Ya! kadang berada ditempat ini membuat kami jauh lebih tenang. Sayangnya, semua hanya sementara. Kami tetap harus menyampaikan realita ini, dekat dengan realita namun jauh dari sistem.

***

Pengabdian kami mungkin mengecewakan karena selama 1 Tahun tidak mampu membuat angka-angka itu berubah. Maafkanlah kami yang tidak seberapa ini, karena kekecewaan akan terus ada ketika kita hanya menginginkan tujuan kita tercapai tanpa mempertimbangkan prosesnya.

Beberapa belas hari lagi, kami akan kembali menjadi pribadi masing-masing dan tetap mengabdi dengan cara masing-masing. Tetap berbagi dengan konsep masing-masing. Tetapi percayalah! dengan harapan dan mimpi yang sama,akan ada sebuah perubahan menjadi lebih baik, jika tidak hari ini, masih bisa kita usahakan esok, jika tidak esok, mungkin lusa. Kesempatan dan harapan pasti ada untuk kita yang selalu berusaha dan mengusahakannya.

Pencerah Nusantara hanya sebagian kecil dari kita yang menginginkan perubahan ke arah yang jauh lebih baik dan lebih bermanfaat.

Salam Semangat dari saya,


Bidan Fe

No comments:

Post a Comment