Menatap dua gadis yang beranjak dewasa tersebut membuat bibir saya terkunci. Bagaimana mungkin setahun dapat mengubah mereka baik secara fisik dan mental.
Semangat dari Pelosok Dusun
Kustini, gadis yang menjadi teman sebangku bersama Putri ini mengubah nasib mereka pertama kalinya dengan nekad mendaftarkan nama mereka dalam Laskar Pencerah. Program yang bertujuan menularkan ilmu kepada para remaja di Kecamatan Tosari ini diinisiasi oleh Psikolog lulusan Universitas Syah Kuala, Fairuziana Humam dalam Pencerah Nusantara.
Saya masih ingat dengan jelas ketika dua gadis ini menceritakan perjuangan yang mereka tempuh untuk menuju ke Desa Tosari sangatlah berat. Pasalnya, mereka tinggal di Desa Ngadiwono dan bersekolah di SMP N 4 Tosari atau yang biasa dikenal sebagai SMP Atap. Jika anda pernah membaca SD Unik di Bromo yang total muridnya dari kelas 1 hingga enam hanya 22 anak maka SMP Atap Ngadiwono inipun bernasib sama, total dari tiga kelas hanya 17 orang.
Berasal dari SMP terpencil dan sering dianggap “tidak mampu” ternyata tidak membuat kedua gadis ini menyerah.
“Dulu kita berlima jalan kaki dari Ngadiwono ke Tosari hanya demi ikutan seleksi jadi Laskar Pencerah. Dari kita yang keterima hanya dua dan saya senang dapat jadi Laskar Pencerah” Kustini mengingat perjuangannya di awal November 2012.
“Kita tidak menyangka untuk jadi Laskar Pencerah ternyata panjang jalannya. Kita pernah diuji untuk berjualan dengan modal minimal yang telah disediakan oleh Kakak Pencerah Nusantara. Dari situ kita diajarkan untuk mandiri dan pandai melhat peluang bisnis” Putri menambahkan kisahnya
“Dari semua, yang paling deg-degan waktu wawancara sendiri-sendiri” komentar kedua gadis tersebut ternyata sama
Belajar Berbagi Ilmu
Hanya dua orang saja yang lolos dari SMP Atap Ngadiwono ternyata bukan akhirn dari segala hal karena Kustini dan Putri dengan rajin selalu membagikan ilmu mereka.
“Setiap dari pertemuan Laskar Pencerah, besoknya kita kumpul dengan teman-teman lain untuk membahas materinya. Karena tidak ada layar, jadi ya pakai buku dan pulpen saja” Kustini menjelaskan dan saya tahu perjuangan dia untuk membagikan ilmu kepada teman lainnya memang luar biasa.
Bahkan saat mereka berdua mampu menjelaskan dengan baik tentang Bahaya Rokok dan Alkohol dengan bantuan layar proyektor yang kami siapkan.Walau saya lihat keduanya cukup kesulitan mendiamkan para murid lelaki yang terus berisik, namun saya yakin kedunya sudah menginspirasi banyak siswa lainnya.
Ujian Demi Ujian
Menjadi Laskar Pencerah memang tidak mudah. Dari 150 siswa SMP dan SMA se-Kecamatan Tosari hanya 35 anak saja yang lolos dan berhak mendapatkan ilmu tambahan setiap minggunya bersama para Kakak Pencerah Nusantara. Dan seiring dengan berjalannya waktu selama 18 kali pertemuan sejak Januari hingga September 2013, hanya 29 anak yang bertahan.
Beragam ujian dan pengawasan terhadap perkembangan tiap anak selalu dilakukan oleh tim Pencerah Nusantara termasuk memberikan bekal ilmu mulai dari teknik komunikasi, kekuatan impian, pengetahuan PHBS, HIVAIDS, P3K, hingga pengenalan terhadap tokoh lokal, nasional dan internasional terus dilakukan.
Keseluruhan kreativitas mereka ditutup dengan Camping Laskar Pencerah Minggu yang lalu (7/9/13). Kemah yang bertujuan membangun keluarga besar Laskar Pencerah ini makin mengakrabkan dan menyatukan mereka dalam IMPIAN BESAR, membangun TOSARI lebih maju.
Kustini dan Putri pun tidak ketinggalan. Mereka membawa beberapa benda kesayangan dan menceritakan kisahnya di malam renungan.
“Saya bawa boneka yang saya beri nama TD. Dulu orang tua saya masih hidup sengsara dan kalau saya mau boneka maka saya harus jadi juara kelas. Boneka ini saya dapatkan karena saya juara satu saat kelas satu kemarin. Boneka ini sangat berharga bagi saya “ Putri menunjukkan boneka Burney yang diberi nama TD.
Sementara itu Kustini dengan mata berlinang memperlihatkan kaos berwarna merah.
“Dulu ibu saya jualan keliling desa dan saat itu tidak ada yang beli baju sampai ibu memberikan kaos merah ini untuk saya dan sampai sekarang selalu saya simpan. Saya akan selalu ingat bahwa dulu orang tua saya tidak punya apapun, masih berjalan kaki tanpa kendaraan. Dengan kondisi perekonomian yang menyedihkan, mereka masih bisa menyekolahkan saya. Saya berjanji akan membuat mereka bahagia” ah…di Kustini ini membuat saya terpaksa menahan air mata karena malam itu, saya berjanji untuk tidak menangis.
Dan malam yang diisi dengan kisah benda-benda paling berharga tersebut ditutup dengan LILIN HARAPAN. Mereka menuliskan surat untuk diri mereka sendiri seperti surat pertama yang mereka tulis ketika mereka masuk Laskar Pencerah. Dan surat itu mereka baca kembali di bawah naungan sebatang lilin dan ditutup lagu medley Laskar Pelangi Nidji. Mereka meneriakkan impian mereka dan meniup keras lilin yang saya yakin akan terus mereka ingat.
Melihat anak-anak Laskar Pencerah ini membuat dada saya berguncah hebat. Beragam perasaan jadi satu tidak dapat diungkapkan. Selama setahun saya bersama empat adik-adik saya, Fairuziana Humam (Psikolog), Olivia Herlinda (Farmasis), Naela Mustika Khikhmah (Perawat) dan juga FenyMariantika (Bidan) mendapatkan banyak keluarga baru melalui Laskar Pencerah ini. Tidak banyak yang akan kami tinggalkan tetapi kami berkeyakinan para Laskar Pencerah Angkatan Pertama ini akan melanjutkan ilmu-ilmu yang sudah kami berikan kepada teman-teman remaja lainnya. Hasilnya tidak dapat langsung terlihat, tapi perlahan, kami tahu mimpi untuk terus SEKOLAH itu terus menyala tajam. BAHWA KALIAN HARUS TERUS SEKOLAAAAAH. GAPAI MIMPI KALIAN.
Salam Bromo
dr. Hafiidhaturrahmah
Pencerah Nusantara Tosari
No comments:
Post a Comment