Masih jelas teringat senyum mengembang pemuda hitam manis asli Tosari tersebut ketika dirinya berhasil mencapai garis finish dalam waktu 90 menit untuk rute half marathon (21,5 km). Bahkan, dirinya mengakui selisih waktu dengan Willy, juara I dari Inggris hanya satu menit saja.
"Sayang sekali sebenarnya kak, karena mendadak kaki saya kram ketika hampir di garis finish padahal dari awal saya sudah berusaha lebih dulu berada di depan yang juara satu" Agung terbata menjelaskan sembari memegangi kakinya yang sedang ditangani oleh tim medis Pencerah Nusantara.
Semangat Anak Desa
Agung Nur Permana, pemuda kelas 2 SMA Negeri 1 Tosari ini tidak pernah menyangka cita-citanya menjadi guru olahraga membuatnya memasuki dunia lari. Berawal dari tingkat kabupaten dimana Agung memenangkan lomba lari se-Pasuruan, namanya mulai terlupakan oleh PEMDA. Namun, beruntung, salah satu guru Bahasa Inggris di sekolahnya yang dikirim langsung dari Amerika hobi berlari. Shane, begitulah guru ini mulai mengajak kembali pemuda Tosari yang gemar berlari dan melatihnya secara professional. Tidak tanggung-tanggung, bahkan dengan dana pribadi, Shane membawa 10 anak harapan Tosari mengikuti ajang Bali Marathon Juli kemarin.
Jika anda ingat dengan Anto, putra Ibu Sutinah yang mengikuti lari demi membuktikan dan menyalurkan kekuatan untuk ibunya yang menderita kanker, maka Agung menjadi salah satunya pula. Tertantang untuk menjadi pemuda yang dapat menaikkan harkat martabat keluarganya yang hanya petani, Agung berlatih keras demi Bali Marathon.
“Selama enam bulan sebelum Bali Marathon kita terus berlatih tiap dua hari sekali. Diawali dari lari satu kilo hingga empat kilo dan kita semua sudah kelelahan. Hingga akhirnya kita berhasil lari berkilo-kilo. Itu luar biasa” Agung mengenang perjuangannya besama 9 rekan lainnya.
Tidak Ada Perjuangan yang Sia-Sia
Yah, tidak ada yang sia-sia dari sebuah perjuangan. Agung menyelesaikan pijakan marathonnya di Bali untuk rute Full Marathon (42 km) dalam waktu 5 jam saja. Tentunya itu hasil bagus bagi seorang pemula karena cut off time (waktu terlama harus masuk garis finish) 9 jam. Walau hanya mendapatka medali sebagai finisher dan belum mendapatkan juara, Agung tidak putus asa.
Belajar dari pengalaman dan terus berlatih lari setiap hari, Agung bersama rekan-rekannya pun kembali mengikuti Bromo Marathon, 1 September 2013 lalu. Bukan hanya sebagai tuan rumah, Agung membuktikan dirinya sebagai pemuda kelahiran Tosari berhak atas kemenangan lomba lari di tanah kelahirannya sendiri.
“Rasanya senang sekali” dan senyum mengembangnya terus menghiasi.
Bromo Marathon International, Pertama Kalinya!
Ajang marathon pertama di Bromo ini bukan ajang sembarangan. Buktinya, CNN sudah menobatkan Bromo Marathon dalam 4 lomba lari termenantang se-Asia. Bahkan CNN menjelaskan dalam websitenya jika ingin menang, bayangkan saja lahar Bromo mengejar ketika anda berlari.
Yap, lomba yang diinisiasi oleh Shane dari Peace Corp dan dibantu beberapa guru lokal asli Tosari (Pak Deddy dan Pak Made) ini menjadi pembuktian bahwa Bromo menyediakan pemandangan indah juga unik untuk para pelari. Bahkan namanya bukan sekadar marathon namun juga adventure karena memang separuh dari rutenya adalah trekking melewati jalanan setapak yang kanan kirinya berupa jurang.
Tentunya dengan medan yang sulit tersebut, tidak semua orang mampu mencapai garis finish. Dari 926 peserta yang mendaftar, hampir 30%nya berasal dari luar negeri (25 negara). Oleh karenanya, persiapan sekelas internasional pun benar-benar dilakukan di ajang ini termasuk Tim Medis.
Tim Medis Tanpa Tanda Jasa
Pencerah Nusantara kali ini mengandeng banyak instansi kesehatan dari beragam daerah mulai dari Pasuruan, Malang hingga Surabaya demi mengantisipasi segala hal terkait kesehatan pelari. Terima kasih yang luar biasa kami ucapkan kepada segenap pihak terutama dari PEMDA PASURUAN atas dukungannya. Juga kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasuruan, Dinas Pariwisata, Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya, Dinas Pendidikan, Dinas KOMINFO, KONI, dan RSUD Bangil. Terima kasih pula kepada puluhan volunteer Tim Medis dari Fisioenterpreneur Surabaya, Dokter Muda Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya, SAR Trenggana Malang, RSI Aisyiyah Malang, RSI Universitas Islam Malang (UNISMA), Tim ER Universitas Brawijaya (UNIBRAW), dan RSI Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Luar biasa sebanyak 150 tim medis bahu membahu dan beruntung tidak ada korban tergelincir ke jurang walaupun korban kram, lecet, atau luka ringan lainnya mencapa hampir 150 peserta pula.
Semoga Bromo Marathon 2014 lebih baik lagi dalam segala hal. Syukurlah saya hanya akan bertemu sekali ini saja dengan Bromo Marathon dan melihat Agung naik podium menjadi pemenang.
Ke depan, saya berharap Agung dapat kembali berlaga di JAKARTA MARATHON 27 Oktober besok di saat saya sudah menyelesaikan tugas di Bromo dan dapat menemaninya di Jakarta.
dr.Hafiidhaturrahmah
Pencerah Nusantara
Bromo
No comments:
Post a Comment