Followers

Friday, August 2, 2013

Pencerah Nusantara Rayakan Kasada Bromo

Melanjutkan perjalanan saya menikmati perayaan Kasada kali ini,  saya sengaja memilih berpisah dari rombongan ambulance. Selain sudah ada dokter lain dan tenaga kesehatan yang berjaga, saya memang ingin menikmati Kasada bersama penduduk Tengger secara lebih dekat.
13746608991944818259
Pemandangan dari balik jip
Kali ini keluarga Pak Edi yang menjadi teman seperjalan saya. Sengaja saya tidak menuju kawah Bromo pada tengah malam lantaran pesta pembukaan Kasada sendiri baru selesai tepat tengah malam. Rekan saya ada yang melanjutkan langsung naik ke Bromo karena ingin mengabadikan "ujian para dukun". Yah...Kasada ini bukan hanya seserahan dari masyarakat Tengger saja namun ada beragam rangkaian ritual lainnya.
13746611851855346930
Rombongan warga dari berbagai desa terus memadati jalanan
13746612431435467210
Tidak ada mobil, segala macam kendaraan pun jadi
Pentingnya Dukun Adat
Bagi suku Tengger, dukun adat adalah tetua yang dipercaya akan  menjaga desa mereka dari marabahaya. Tidak mudah menjadi dukun adat yang masa kerjanya ini seumur hidup. Butuh berbagai ujian salah satunya adalah melantunkan hafalan mantra di puncak Bromo. Berbeda dengan pelajar yang dapat menuntut ilmu di bangku sekolah, menjadi dukun merupakan gabungan faktor "terpilih" sekaligus "warisan". Namun tidak menutup kemungkinan ilmu perdukunan ini dapat dipelajari otodidak dari para dukun yang lebih senior. Dukun Tengger memang luar biasa karena mereka menghafalkan banyak mantra dalam bahasa Tengger juga sanseketr tanpa pernah naskah mantra yang diturunkan tersebut diubah dalam bentuk tulisan.
1374660838957315988
Dukun Supayadi mengesahkan Bupati Pasuruan yang baru
Pak Supayadi, dukun tertua di Tengger ini pertama kali saya temui ketika menginjakkan kaki di tanah Bromo. Ternyata bukan hanya orang Tengger saja yang percaya berkah dari kawah Bromo karena nyatanya tidak sedikit para pembesar di negeri ini (yang tidak dapat saya katakan karena rahasia) menimba ilmu pada dukun senior ini. Bahkan dalam setiap acara adat selalu Pak Supayadi menjadi tetua dalam memimpin doa. Termasuk ketika semalam beliau memasangkan iket sebagai bentuk peresmian dari warga Tengger terhadap Bupati dan Camat baru.
"Perayaan Kasada ini merupakan tradisi yang harus terus dilestarikan. Bukan hanya milik orang dengan agama tertentu tapi milik semua warga Tengger" pada doanya Pak Supayadi menyelipkan kalimat tersebut.
Memang benar, uniknya Kasada ini tidak hanya untuk umat agama tertentu namun seluruh warga bersatu padu merayakan Kasada demi kemajuan desa. Dukun yang kini berusia 62 tahun tersebut sudah dipercaya selama 14 tahun memimpin masyarakat Tengger.

Kasada di Mata Warga Tengger
"Ini memang tradisi yang sudah kami percaya secara turun menurun sebagai orang Tengger. Para nenek moyang kami dulu bahkan rela menempuh perjalanan jauh dengan hanya berjalan kaki demi melanjutkan sumpah putra ke-23 Rara Anteng dan Jaka Seger (Teng-Ger). Kami memberikan hasil panen terbaik yang kami punya sebagai bentuk syukur denga harapan tahun depan akan dilimpahkan panen berlipat lagi. Bahkan tidak sedikit yang memberikan ayam atau kambing"
Pak Edi menceritakan Kasada menurut kepercayaan Tengger sepanjang perjalanan menaiki jip.  Saya bahkan mengabadikan Pak Edi setiap kali beliau meletakkan persembahan atau sajen.  Peletakkan ini bukan sembarangan namun membutuhkan hati yang suci. Nilai budaya dan kepercayaan yang terkandung di dalamnya sangat besar.  Bukan hanya melarung di kawah Bromo saja namun ada beberapa titik yang harus diberikan sajen juga.
1374661004885033719
Sajen pertama di Dingklik, pintu gerbang memasuki kawasan Bromo
Peletakkan pertama di Dingklik lalu dilanjutkan di daerah Pakis Bincil kemudian turun melewati belokan menyerupai huruf S yang dikenal sebagai letter S baik di ujung awal hingga akhirnya. Masih melewati kawasan Pakis Bincil ditutup dengan satu sajen dan memasuki lautan pasir akan diberikan totalnya tiga sajen di tiga tempat berbeda hingga yang terakhir tepat di bawah tangga sebelum naik ke kawah Bromo.  Pak Edi tidak menceritakan kepada saya mengapa harus ada beberapa tempat peletakkan sajen tapi menurut saya karena hal baik tidak hanya harus dilakukan di satu tempat saja. Jika memberikan persembahan memuat doa yang dipercaya suku Tengger dapat memberkahi mereka maka beberapa tempat jelas lebih baik.
13746610661175484169
Sajen di Pakis Bincil pertama
1374661125651110824
Sajen di letter S, tikungan tajam yang rawan kecelakaan
13746613071566960862
Meletakkan sajen di akhir letter S
1374661386491630736
Sajen di akhiran Pakis Bincil
1374661420236238723
Sajen di awalan memasuki lautan pasir
1374661486888064820
Bahkan ketika memasuki kawasan tebing pun ada tempat khusus lagi untuk sajen

13746635371056293711
Sajen terakhir sebelum menaiki tangga
13746615371780782071
Nah ini tebing yang saya maksud

Perjuangan menuju Puncak dengan Berdesakan
Bukan hal mudah menuju puncak kawah di saat Kasada karena jalanan penuh sesak. Namun saya menikmati perjalanan dengan memperhatikan antusiasme para warga. Tidak sedikit saya bertemu dengan warga yang pernah menjadi pasien maupun kader kesehatan. Rasanya seperti reuni akbar dimana setiap beberapa langkah akan ada saling sapa. Baik tua, muda, besar, kecil, kaya, miskin semua berkumpul dan berjalan bersamaan mendaki setiap anak tangga menuju kawah Bromo. Lautan manusia ini tidak pernah berhenti dari tengah malam (23/7/2013) hingga sore nanti (24/7/13). Bahkan rintik gerimis yang sesekali berubah menjadi hujan lebat tidak membuat lautan massa ini berkurang. Hujan ini dianggap berkah yang dipercaya akan membawa kebaikan untuk satu tahun ke depan.
13746620351905905664
Para Pencerah Nusantara berjaket biru mendaki dengan sabar
137466207669961857
Foto dari atas kawah membidik ribuan manusia memadati lautan pasir Bromo
13746621541459928860
Karena tangga sudah penuh sesak maka mereka memilih mendaki bukit pasir
13746622141721942190
Bahkan para pewarta berita rela bersusah payah memanggul peralatan berat ini
13746624462001640426
Hujan tidak jadi halangan, berteduh dapat dilakukan dimana saja
1374662544142739502
Para Pencerah Nusantara bersabar dalam mendaki, saling memberi jeda dengan warga lain
13746626061201279360
Tanjakan ini menguji kesabaran loh
13746626511208746898
Rela tempuh tanjakan walau harus gendong anak
1374662714219708008
Dari sudut manapun warge Tengger tidak terhitung kali ini. Jumlah yang naik dan turun sama banyaknya. Bergantian terus!
1374662776396137498
Mengabadikan diri dulu sebelum didesel terus
13746628311793510945
Ini tangga yang selalu ramai baik naik atau turun
Tradisi Larung dan Tangkap Sajen
Yadnya Kasada, atau persembahan suci dalam bulan Kasada ini tidak terlepas dari budaya "larung" atau halusnya "mengantarkan" dimana para warga Tengger mengantarkan beragam hasil panen yang telah didoakan oleh Dukun Adat.  Karena banyaknya warga yang memadati pinggiran kawah Bromo maka perssembahan ini tidak bisa diletakkan dengan pelan sehingga banyak warga melempar persembahan hingga masuk ke dalam kawah.  Namun jangan salah, banyak warga yang rela melewati kawah licin agar berada di bagian bawah dan dapat menangkap hasil lemparan warga lain.
1374661591693653161
Para penangkap sudah bersiap sedia di dalam kawah
13746616412121444617
Makin siang makin ramai
1374661697504351659
Bersama Olivia, farmasis di Pencerah Nusantara
13746617571883072795
Kambing pun rela dikorbankan
13746618091289772929
Membawa kambing bagaikan membawa bayi kesayangan
1374661874263571182
Berebut tangkapan sajen....heboh. Bahkan sepertinya jumlah penangkap ini terus bertambah
13746629042041143765
Nah...bigini yang bikin rawan kecelakaan terjadi
Konon, tangkapan ini dipercaya dapat membawa berkah juga apalagi jika yang ditangkap berupa bibit kentang, palawija, atau kobis.  Melihat hal tersebut saya tidak habis pikir bagaimana para warga ini menuruni kawah perlahan. Tapi memang tidak pernah saya dengan ada korban yang sampai terpeleset di kawah Bromo bahkan selicin apapun kawahnya.
Bukan Hanya Sekadar Kasada
Bagi saya, ini Kasada pertama yang membuat saya lebih menyadari arti sebuah kearifan lokal. Bahwa kepercayaan apapun itu bukan hanya sekadar percaya tetapi lebih dari itu. Ini adalah sebuah ajang saling berbagi rezeki. Bagi para pelarung, ini adalah kesempatan memberikan yang terbaik dan berharap ada orang di bawah yang menangkap pemberian mereka agar menjadi berkah juga. Kasada menurut saya juga menjadi tempat berkumpulnya seluruh warga Tengger bukan hanya dari desa Tosari tempat saya bertugas melainkan dari tiga kabupaten lainnya yaitu Lumajang, Probolinggo dan Malang.  Tradisi yang harus dijaga kelestariannya dan lebih bagus jika dapat dikemas hingga menjadi satu penarik wisatawan.  Toh Bromo sendiri sudah menjadi daya tarik khusus apalagi jika ditambah dengan Kasada.
Salam Kasada
dr.Hadiidhaturrahmah
Pencerah Nusantara Tosari
13746629671454721097
Kasada ini mengajarkan saya arti berbagi
13746630151271079342
Ketegaran para penggengam senja mendaki Bromo
13746630791576984998
Berbagi tanpa mengharap balas
137466312955078608
Semua senang semua mendapat berkah, itulah Kasada

No comments:

Post a Comment