Followers

Thursday, November 22, 2012

Hebatnya, Ningrum Atasi Gangguan Jiwa



Sabtu (03/11/12), tepat di pagi hari kami dikejutkan oleh kabar tentang seorang perempuan yang melompat ke jurang. Bukan hanya sekali bahkan karena dia kembali melompat kedua kalinya dan jelas saja keluarganya tergopoh-gopoh memanggil kami di puskesmas. Dengan cepat, dokter Avis bersama tim mendatangi kediaman perempuan itu.

Dan perempuan itu adalah Ningrum, perempuan muda dengan gangguan halusinasi yang sering dikatakan oleh orang awam sebagai "gila". Luka-luka dan kaki penuh tanah begitu kondisi pertama kali Ningrum setelah upanyanya loncat ke jurang yang di bawahnya tanah pertanian karena merasa ada orang yang membisiki telinganya untuk terjun.  Beruntung tingginya hanya 3 meter dan di bawahnya bukan bebatuan.


Tidak mudah memang menyandang predikat "gila" karena ternyata masih banyak stigma negatif terhadap orang gangguan jiwa. Mereka dijauhi, diledek, bahkan dilecehkan oleh masyarakat. Banyak diantara mereka yang beranggapan pasien jiwa tidak dapat sembuh. 


Mengubah paradigma, itulah yang kami lakukan pertama kalinya. Setelah memberikan suntikan obat penenang kepada Ningrum, barulah dokter bekerja sama dengan psikolog untuk mendamaikan keluarga Ningrum.  Psikolog Fairuz bersama saya meluangkan waktu lebih untuk mendengarkan kisah dari keluarga dan perlahan meluruskan hal-hal yang selama ini salah di masyarakat.


"Yah...kalau dia berontak terus begitu akhirnya saya kunci saja atau saya ikat di dalam rumah. Malu sama tetangga kalau dia sampai ganggu orang lain" awalnya bapak Ningrum berpikiran seperti itu walaupun sebenarnya ada rasa sayang terpancar dari wajahnya. Betapa keras perjuangan bapak Ningrum mengobati anaknya hingga ke rumah sakit jiwa yang jarak dan biayanya tidak sedikit. 


Hasilnya, perlahan dalam pertemuan pertama tersebut, Ningrum yang tidak pernah mandi berhasil mandi sendiri untuk kali pertamanya. Hal sederhana tersebut tentu saja membuat saya sangat bahagia. Ternyata bahagia itu memang sederhana, melihat pasien yang kita rawat berubah perilaku menjadi lebih baik, itu adalah bahagia.


Ningrum masih meracau namun sudah tidak memberontak seperti awal dan setelah mau mandi, wajahnya terlihat lebih segar. Gadis muda berumur 21 tahun yang sudah menjanda dua kali ini memang awalnya sering berbicara sendirian karena merasa ada teman "imajiner" yang mengajaknya ngobrol.  Bahkan bisikan-bisikan yang dalam ilmu saya disebut halusinasi juga muncul. Halusinasi adalah kesalahan persepsi klien terhadap stimulus yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi inilah yang di alami Ningrum sejak Desember 2011. Gejala tersebut makin muncul setelah diceraikan suaminya. Padahal, dulu Ningrum ibu yang baik dan rajin karena setiap pagi pasti sudah pergi ke kebu untuk bercocok tanam. 


Gangguan jiwa bernama Skizofrenia itulah yang dialami Ningrum dan tidak menutup kemungkinan anda semua yang saat ini dalam keadaan sehat pun dapat mengalaminya. Banyak sekali faktor resiko yang dapat muncul dan mempengaruhi jiwa seseorang hingga akhirnya terguncang dan terganggu. Kepribadian yang cenderung menutup diri atau intovert lebih mudah terganggu jiwanya seperti Ningrum yang cenderung menyimpan masalah sendiri dan jarang berinteraksi dengan tetangga. Hal inilah yang membuat Ningrum sering merasa sendiri dan perlahan timbul halusinasi.

Keluarga Berperan Penting 

Pasien seperti Ningrum dapat disembuhkan dan keluarga memegang peranan penting.  Memberikan waktu khusus untuk sekadar ngobrol dengan Ningrum walaupun dia masih suka meracau sendiri merupakan terapi yang dapat mempercepat kesembuhan Ningrum.  Termasuk di dalamnya memberikan Ningrum aktivitas fisik yang tidak membahayakan agar ada kesibukan dan tidak terlalu sering melamun.  


Keluarga merupakan faktor pendukung terkuat untuk mempercepat kesembuhan orang yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga diharapkan mampu memberikan perhatian lebih kepada orang gangguan jiwa untuk mengenal penyebab halusinasinya, meningkatkan kesadaran pasien dengan realita yang ada agar sadar bahwa yang dia rasakan tidaklah nyata, menurunkan stress agar tidak kambuh, dan meningkatkan harga diri agar dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu, keluarga harus selalu mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur. Walaupun tidak dapat menyembuhkan pasien secara total, hal ini dapat mengembalikan fungsinya sebagai makhluk sosial yang produktif.

Minum obat secara teratur ini penting, karena ternyata tidak semua keluarga memahami proses penyembuhan dari obat yang diminum.


"Wah sudah saya hentikan bu karena kalau dikasih obat penenang dan tidur terus,kapan anak saya sembuh dan beraktivitas" jujur saya terkejut mengetahui Bapak dari Ningrum berpikiran seperti itu dan telah menghentikan obat sesuka dia.  Bahkan ketika empat hari kemudian saya berkunjung ke rumah Ningrum, ada beberapa obat yang habis sebelum waktunya. Ternyata si bapak ini orang yang rasa ingin tahunya sangat besar sehingga memberikan obat penenang tersebut ke istrinya, tetangga bahkan ke ternak sapinya. Luar biasa. Antara miris tapi juga lucu. Walhasil satu butir penenang berhasil membuat sapi tidur dari sore hingga paginya, entahlah karena memang itu sudah waktunya sapi tidur atau karena obat yang dosisnya jelas beda jauh dengan berat badan sapi.


Oleh karenanya,
penting untuk tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah dan terus memotivasi keluarga pasien. Termasuk di dalamnya memperbaiki anggapan yang salah tentang gangguan jiwa ini. Luar biasanya, 21 November tepat dua minggu setelah kami berkunjung yang tekahir, kami kembali dikejutkan oleh Ningrum lagi. Kali ini karena penampilannya sangat tidak kami kenali. Sudah lebih ceria, sudah mau kembali bekerja di ladang dan sudah berhasil berbicara seperti orang normal. Sungguh ternyata dukungan dari tenaga juga sedikit semangat yang kami tularkan berbuah besar. 


Namun,
saya tidak boleh bersenang hati dulu karena PR besarnya adalah memberikan penjelasan kepada bapaknya untuk tetap memeriksakan Ningrum/kontrol rutin dengan tidak menghentikan obat sesuka hati.  Salut kepada Ningrum dan saya berharap tidak ada lagi Ningrum lain yang muncul atau kalaupun ada, lebih cepat diketahui dan dibawa ke pelayanan kesehatan supaya kami dapat melakukan terapi yang menyeluruh, tidak hanya mengobati pasien namun juga keluarganya.


Saatnya Tenaga Kesehatan Bersatu

Pengalaman bersama Ningrum ini juga membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa kerjasama antar tenaga kesehatan itu penting. Penanganan kasus Ningrum tidak hanya dilakukan oleh dokter dalam hal ini dokter Avis yang memberikan terapi namun juga saya sebagai perawat diberikan porsi lebih untuk melakukan perawatan ke rumah Ningrum demi percepatan penyembuhan. Tidak hanya itu saja, rekan saya psikolog Fairuz selalu mendampingi ketika melakukan kunjungan rumah agar lebih menyentuh sisi kejiwaan. Yang terpenting bukan hanya jiwa Ningrum tetapi juga keluarganya.  Bahkan apoteker Olivia juga memberikan edukasi terkait obat-obatan yang digunakan oleh Ningrum karena ternyata keluarga mempunyai kebiasaan yang kurang baik terkait pemberian obat. Termasuk bidan Fe juga berperan karena ternyata tetangga yang diberikan obat "penenang" tersebut adalah ibu hamil 7 bulan yang terpaksa kehilangan anaknya karena kecerobohan pemberian obat tanpa sepengetahuan tenaga kesehatan.


Saya semakin yakin jika di semua tenaga kesehatan mampu memberdayakan semua personelnya sesuai kemampuan juga bekerja sama dan tidak arogan merasa profesinya paling baik, pasien seperti Ningrum akan lebih cepat disembuhkan.  Fokus pelayanan menjadi melayani pasien dengan sepenuh hati agar sehat. Mengkolaborasikan berbagai keilmuan demi tujuan kesembuhan pasien. Untuk itulah Pencerah Nusantara ada :)


Terima kasih Ningrum
Telah membuat kami semua bekerja sama dengan indah 


Salam Tosari
Ners Naela

Monday, November 19, 2012

Perjalanan Pin Pencerah menjadi Bagian dari Tosari

a beautiful sunrise in Tosari Village-Pananjakan Bromo

Salam Tosari..

Tim Pencerah Nusantara Tosari di kawasan pariwisata terkenal
yang dikelola oleh Tosari juga. Luar biasa perjalanan
bersama para petinggi Tosari. 

Hari ini 19 November 2012, memasuki hari ke-21 semenjak kedatangan kami pertama kali di Desa Tosari. Masih banyak hal yang perlu dilakukan ternyata, terutama menyatukan visi misi dengan pihak yang punya rumah ( warga) . Bagaimanapun kita disini hanya tamu, harus bertamu dengan sopan dan tidak boleh mengobrak-abrik rumah orang.

Pin Pencerah berjalan-jalan melintasi banyak gunung

Nah...itu semua bukan hal yang mudah tetapi Desa Tosari membuat semuanya menjadi lebih mudah. Pesona alam luar biasa dari Gunung Bromo menyejukkan hati serta pandangan mata kita. Terutama ketika kita berkesempatan melihat matahari terbit di Pananjakan yang hanya berjarak setengah jam dari rumah dinas kita. Konon...di puncak inilah matahari terbit terindah muncul dimana tempat satunya lagi adalah Gunung Fuji Jepang. Luar biasa....

Pin Pencerah harus bersinar seperti matahari terbit

Pin Pencerah menemani dedek Oyip :)


Saturday, November 17, 2012

Mengenang Jakarta, Mengenang Keceriaan

Salam Tosari...

Halo anak bangsa penuh semangat :)
Kali ini saya akan mengenang beberapa hal indah sebelum Tim Pencerah Nusantara diberangkatkan ke lokasi tujuan. Mengapa saya bilang ini indah? jelas saja karena saat itu kebersamaan kelompok kami memasuki masa-masa membuat kenangan. Kami menjelma menjadi kelompok "Rempong" dibandingkan kelompok daerah penugasan lain.  Dengan menjadi rempong inilah kami menciptakan keceriaan yang lebih pada kelompok besar Pencerah Nusantara.


Bahkan ketika kami masih mengikuti pelatihan demi pelatihan yang menguras pikiran dan tenaga, keceriaan itu masih dapat diciptakan. Betapa banyak kami menghabiskan waktu di jalan karena lokasi penginapan kami berada di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BPPK) Cilandak belakang RS Fatmawati. Sementara, pelatihan kami mengenai hal medis selalu berada di pusat UI dan RSCM. Mau tidak mau maka setiap harinya kami harus sudah siap jam 5 pagi menembus perjalanan demi menghindari kemacetan Jakarta. Bahkan sebagian dari kami menghabiskan waktu dengan melanjutkan tidur pagi di bus kecuali jika ada presentasi :)


Sore hari ketika usai, kami kembali ke Cilandak dan tentunya lebih sering terjebak kemacetan parah dibandingkan paginya.  Namun bukan kami jika tidak dapat mengatasi kebosanan terjebak macet. Menyanyi bersama dipimpin oleh saya sendiri selaku emak sekaligus DJ (Dadakan Joget) pasti segera dilakukan. Beruntung bus yang kami kendarai dilengkapi dengan fasilitas TV sehingga jauh hari kami sudah mempersiapkan "colokan USB" sebagai playlistnya.


Kami menjalani masa karantina dengan senyuman bahkan ketika kami harus dididik oleh Wanadri menjelajah gunung. Hanya makan seadanya bahkan dedaunan dan 'menderita' selama total 8 hari pun kami jalani dengan tertawa riang gembira hingga para pembina Wanadri heran sendiri. Luar biasa kadar riang gembira kami di tempat tidak mengenakkan bahkan masih di atas 50%.


Saling menguatkan...
Itulah yang terjadi di antara kami 32 orang ini sehingga jika ada satu yang bersedih maka akan dengan cepat virus riang gembira ditularkan.  Namun bukan berarti kami tidak bisa menangis karena hampir di seluruh kebahagiaan kami pasti meleleh butiran air mata.  

Yap...air mata bersyukur bahwa kami semua dipertemukan dalam keluarga besar Pencerah Nusantara Angkatan Pertama. Bahwa kami semua mengakui ini adalah grup paling solid yang pernah kami miliki juga rasakan dalam hitungan usia kami hingga detik ini.


Bahkan ketika melirik tim Pasuruan dimana kami ditugaskan di Tosari...semuanya wanita dan jujur saya sebagai leader yang kebetulan dokter sempat bingung mendapat empat adik wanita sekaligus. Berbeda karakter itu pasti namun kami semua sepakat untuk membuat memori. Kami merasa kami tim "dadakan" yang senang menciptakan memori berbeda bahkan saking berbedanya kami punya hal lain yang nantinya dapat diceritakan ke anak cucu. Bagaimana kami menghabiskan waktu di tengah malam hanya untuk "rumpi keberlangsungan hidup semua kelompok" lalu merencanakan banyak "skenario" dan juga tangisan jamaah di malam-malam sunyi.

Bahkan hingga saat ini kami berada di pelosok Desa Tosari pun masih banyak kenangan yang akan kami buat secara berjamaah. Termasuk di dalamnya berjamaah menangani kasus kegawatdaruratan. Akan kami ceritakan di lain waktu :)


Mengenang Jakarta membuat kami merindukan semua rekan di belahan pelosok nusantara lainnya. Bersyukur kami masih diberikan kelebihan sinyal sehingga dengan mudah menuliskan kisah ini sementara di tempat lain ada rekan kami yang harus bersusah payah hingga menemukan posisi tertentu demi sebuah sinyal satu bar saja. Untuk itu, nantinya kami Tim Pencerah Nusantara Tosari akan berupaya up date mengenai tim lain juga, salah satunya dapat dibaca di #lingkaranintegritas


Salam Semangat
TimTosari
32 Pencerah Nusantara bersama Mama Geng siap membaktikan diri demi kesehatan masyarakat Indonesia lebih cerah
    

            


Sensasi Anak Kabur hingga Nangis karena Suntikan


"Kegembiraan Mereka adalah Bahagia Kami "
13531371551465387289
Slogan Indonesia Cinta Sehat



Anak-anak berlarian dengan riang dan berlarian ketika melihat kami hadir karena  ternyata mereka mengenali salah satu perawat senior yang sudah 20 tahun lebih mengabdi sebagai "tukang suntik".

Alhasil...
satu persatu dari anak-anak yang akan kami  imunisasi pun kabur sembari berteriak tidak ingin disuntik padahal kami baru saja melangkah masuk ke dalam bangunan sekolah tersebut. 



Akhirnya, setelah disambut bapak ibu guru, kami berbagi tugas. Imunisasi bukan sekadar memberikan anak-anak ini suntikan saja namun lebih dari itu, ini adalah pertama kalinya mereka mengenal kami, Pencerah Nusantara. Jika pikiran mereka sudah takut duluan karena jarum suntik maka akan repot di kemudian hari.  


Saya masih ingat saat itu Sabtu 3 November 2012 dan saya tidak sendirian karena ada Bidan Fe juga apoteker Oliv yang ikut menemani beserta Pak Darto dari Puskesmas Tosari.  Sementara yang lain mempersiapkan peralatan imunisasi termasuk memasukkan vaksin ke dalam suntikan, saya bertugas mengumpulkan anak-anak yang sudah mulai kabur. 


SD Baledono 2 di KecamatanTosari-Pasuruan, itulah nama SD dimana dari 80an total siswa, setengahnya saja tidak ada. Kabur...yap...benar-benar kabur melihat box vaksin yang identik dengan "suntikan". Memanggil mereka yang sudah mulai kabur adalah pekerjaan yang akan menguras banyak tenaga sehingga saya memilih berbaur dengan anak-anak yang masih ada.


"Yuk kita main....Mari kita buat lingkaran yang besar...yang besaaaar sekali..." saya mulai menggandeng satu tangan dari anak-anak yang ada, tidak peduli lagi kelas berapa mereka, kecil atau besar tubuhnya.

13531283332008604222
Gaya utama sebelum mulai RamTamTam dengan membentuk lingkaran besar
1353128188229807892
Perawat Naela dan Bidan Fe imunisasi anak TK
1353131019161747056
Anak TK masih bergembira bahkan ketika mau disuntik

Dan satu persatu dari anak-anak yang kabur itu mendekat, membuat saya terharu. Mereka merasa akan bermain dan yap !itu benar. Dan lingkaran yang awalnya hanya 20an anak mulai membesar. Anak laki-laki yang larinya paling kencang sekarang mulai mendekat dan paling bersemangat. Yah,anak-anak itu terkadang saya tidak tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan mereka, caranya memahami mereka namun yang saya tahu ketika mereka bergembira dan tertawa, itu sudah cukup untuk menentramkan hati saya.


Lingkaran pun semakin besar dan barulah muncul di pikiran saya "Mau main apa yak".  Dan di waktu yang mendesak, otak saya dipaksa memikirkan permainan yang akan membuat mereka bahagia. Muncullah permainan bernama "Tra La La....Tri Li Li". Konsepnya sangat sederhana  dimana kami semua bergandengan tangan, dan menggoyangkan tangan jika saya berteriak mendadak saya Tra La La Tri Li Li.

Bahkan modifikasinya adalah setiap anak diharuskan terus bergandengan tangan, tidak boleh terlepas dan Tralala artinya maju satu langkah dan Trilili mundur satu langkah. Sangat sederhana bukan...

1353128771527545302
Anak Indonesia harus selalu Riang Gembira! Itu janji saya

Yup! saking sederhananya saya hanya mampu melirik ruangan tempat dimana rekan lainnya menyiapkan imunisasi. Tampaknya tugas mereka masih belum selesai dan saya harus memikirkan permainan baru dan muncullah permainan lama "Si Kucing dan Si Tikus" dimana anak lelaki mulai berebutan menjadi kucing atau tikusnya. Dan dua permainan ini pun terkombinasi dengan sempurna karena ada jebakan Tralala Trilili yang membuat kucing semakin sulit menangkap tikus. Sudah mulai berjalan 15 menit dan anak-anak lain (bahkan yang sudah sampai rumah karena kabur) mulai berdatangan dan menyatu dengan lingkaran. 

1353134568792851243
Bersama para guru luar biasa yang mencetak anak bangsa 
agar lebih pintar dan bermartabat

13531291491391278706
Di depan SD Baledono 2 bersama Bidan Fe 
1353133593464782102
Bersama anak-anak di SD Ngadiwono yang luar biasa
1353133318583739349
Vaksin Difteri yang diimunisasi untuk seluruh anak se-Jawa Timur
13531335921936036038
Anak adalah mesin fotokopi paling hebat. 
Mereka merekam apapun tanpa bisa memilah-milih
Akhirnya, saya terpaksa mengeluarkan permainan pamungkas dengan 43 gerakan namun hanya 3 gerakan saja yang saya ajarkan. RamTamTam Guli-Guli itulah nama permainan yang banyak dikuasai oleh kelompok Pramuka ataupun pecinta alam. Gerakan dasar RamTamTam Guli-Guli terdiri dari dua yaitu menepukkan tangan paha sambil menunduk ketika menyanyikan Ramtamtam dan bergaya seperti monyet ketika Guli-Guli.  Modifikasi gerakan tergantung pada gerakan Viesta sebagai tengahnya dimana kita bersorak bergembira.

Anak-anak adalah aset bangsa yang berharga
13531371421268875786
Anak SD Tosari sedang menghibur temannya yang menangis 

Dan, luar biasa! Daya tangkap anak-anak sangat cepat walau mereka hanya bersekolah di SD pelosok pegunungan.  Saya tidak membutuhkan waktu mengulang dengan banyak karena dalam tiga kali memberikan contoh mereka sudah mampu mengikuti dan sungguh itu membuat saya berdesir. Anak-anak ini tidak semua badan mereka tumbuh sesuai usia mereka, bahkan kesempatan mereka menikmati ilmu pun tidak seperti anak di perkotaan karena sebagian besar dari mereka harus berbagi waktu dengan membantu orang tua mereka bertani. Anak-anak yang saya bahkan tidak tahu apakah mereka akan menyelesaikan SD dengan baik lalu melanjutkan ke SMP kemudian berjuang menuju kecamatan untuk SMA atau bahkan ke luar kota demi kuliah. Saya tidak tahu mereka akan bagaimana nantinya. Lagi-lagi yang saya tahu, saat ini, anak-anak itu harus merasa bahagia sesuai usianya: TERTAWA RIANG


Mengunjungi anak-anak SD hampir di seluruh kecamatan Tosari demi tercapainya target sekitar 4000 anak bebas difteri membuat saya bertemu banyak hal miris tapi nyata. SD Kandangan misalnya dengan medan menuju kesana sangat berat ternyata hanya mempunyai 27 murid saja totalnya dari kelas 1-6. Itupun yang berhasil kami imunisasi hanya 17 anak. Bahkan Pak Amir selaku guru mengaku mungkin tahun depan tidak akan ada murid baru sementara tahun ini saja murid kelas satunya hanya tiga anak. Ternyata...betapa luar biasanya mereka para guru masih bertahan dan turun langsung demi mencari murid. Ini bahkan lebih dari sekadar Laskar Pelangi saya rasa. Suatu hari saya akan menuliskan kisah itu. 


Sekarang kembali ke anak-anak yang kabur. Setelah permainan berakhir, mereka mulai dapat menerima kehadiran kami walaupun masih ada saja yang kabur dari melalui pagar belakang. Rasanya ingin tertawa melihat si anak yang kabur. Satu-persatu mulai masuk ke kelas masing-masing dan saya beserta tim mencoba kembali menghibur mereka dengan permainan 10S yang menjadi trademark PENCERAH NUSANTARA.


Bayangkan saja 10 S ini mampu menembus semua usia mulai dari anak TK bahkan hingga pejabat sekelas Kapolsek juga Muspika lainnya (Camat, Kepala Desa) juga lintas sektor hingga PKK juga Pramuka senior. Bedanya, jika anak-anak mereka akan menyanyikan 10 S ini dengan bergoyang sementara versi usia yang lebih dewasa akan semakin khusyuk. Apa tidak bosan? Alhamdulillah saya bersama teman-teman tidak pernah bosan menyebarkan 10 S ajaran dari Prof Arief Rahman Hakim, guru luar biasa Indonesia. Bahkan kita ingin suatu hari nanti seluruh warga hafal 10 S dan mengaplikasikannya dengan baik.

 10 S: Senyum, Salam, Sapa, Sabar, Sehat, Syukur, Sugih, Sukses, Semangat, Surga.  
13531327001500445711
Pak Camat, Kapolsek, Danrim juga Kepala Puskesmas Tosari 

Setelah 10 S, giliran tidak lupa anak-anak harus menyingsingkan lengan baju sebelah kiri dan penyakit yang akan ditanggulangi bernama DIFTERI. Yup...mereka mungkin masih SD namun tidak ada salahnya jika mereka tahu suntikan yang diberikan ini untuk kekebalan tubuh mereka akan penyakit Difteri.



"Satu saja teman kalian nanti ada yang kena sakit Difteri...dia bisa cepat menular ke teman lainnya"



"Mirip batuk pilek dan tenggorokan nyeri tapi kalau adek-adek buka mulut akan keliatan ada selaput putih-putih. Jadi jangan lupa buka mulut ya supaya ketauan"


Jangan pernah merendahkan kemampuan anak-anak walau mereka hanya SD dan kelas satu. Saya percaya satu hal bahwa semua anak mempunyai kemampuan luar biasa menangkap pesan-pesan tertentu asalkan "DIKONDISIKAN". Maksudnya adalah menciptakan suasana dimana anak-anak akan mengingat hari ketika mereka diberikan suntikan Difteri.

1353132612486072853
Siswa SMP mulai tegang karena tahu mau disuntik 

13531318861594205557
Membuat lingkaran di dalam kelas untuk siswa SMP Atap Ngadiwono 

13531391472107727211
Psilokog Fairuz mengajak siswa SMP bermain dengan seru


Suatu hari nanti ketika mereka dewasa, mereka akan ingat jika pernah ada ibu dokter juga teman-teman kesehatan lain yang mengajak mereka bermain membentuk lingkaran, mengajari RamTamTam Guli-Guli juga 10 S sambil bergoyang lalu baru kemudian menyuntik supaya mereka sehat.  


Karena begitu kuatnya ingatan anak-anak maka berhati-hatilah, ciptakan kenyamanan juga kegembiraan bagi mereka dimanapun dan siapapun anda. Karena dengan begitu anda sudah menjadi pencerah nusantara, mencerahkan anak-anak bangsa.


Dan inilah ekspresi anak-anak di SD se-Kecamatan Tosari yang mendapatkan imunisasi Sub PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Difteri. Bahkan anak-anak TK lebih kuat karena tidak cengeng sementara semakin besar bahkan SMP yang saya temukan makin banyak yang menangis. 
13531313102128442359
Memeluk teman...cara baru menghilangkan ketakutan :) 
13531297961301943621
Memeluk saya dan meringis, cara kedua menghilangkan ketakutan :)
ANAK-ANAK TIDAK TAKUT SUNTIK HANYA BUTUH WAKTU LEBIH SAJA UNTUK BERADAPTASI
13531300091752703927
Berteriak dan jejeritan, cara lain mengusir ketakutan :)

Mengapa Difteri? Karena wilayah Jawa Timur tempat saya mengabdi ini dinyatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri, terhitung hingga 14 Desember 2011, sebanyak 565 (83%) kasus dari total 681 kasus se-Indonesia, berada di Jawa Timur. Dari hanya 9 kabupaten yang terpapar di tahun 2000 menjadi 36 kabupaten kota di 2012. 


1353130245244817293
Bupati Pasuruan meresmikan PIN Difteri saat HKN 2012
1353130516307613443
Membuat anak merasa nyaman dilakukan oleh Bapak Dade Angga
Tidak tanggung-tanggung bahkan Bupati Pasuruan, Bapak Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si mencanangkan PIN Difteri pada Apel Hari Kesehatan Nasional 12 November 2012. Bersama masyarakat mengajak anak-anak dari usia 2 bulan-15 tahun untuk wajib diimunisasi.


Melihat kegembiraan anak-anak ketika sudah mendapatkan imunisasi, jarak dan medan yang sulit menuju beberapa desa terpelosok rasanya tidak menjadi masalah lagi.  Keseharian kami sebagai Pencerah Nusantara Tosari dapat dinikmati di http://pencerahnusatosari.blogspot.com/. Begitu juga video 10 S dapat dinikmati disini http://www.youtube.com/watch?v=tuCRPrMFCoA&feature=plcp


Salam Tosari


MARI KITA SUKSESKAN PIN DIFTERI
13531383301283348306
Berawal dari boncengan ketika melewati medan "aman"

13531377371275462752
Lalu Bidan Fe terpaksa jalan karena licin dan berjurang
13531396841864022930
Pak Darto berjalan perlahan tapi pasti dengan motor butut
 yang entah sudah berapa kali macet sepanjang perjalanan
1353138215466062456
Menikmati sunrise bersama pin Pencerah Nusantara

1353139363100775421
Pin Pencerah kini berada pegunungan Tosari-Bromo
Video 10 S kami: http://www.youtube.com/watch?v=tuCRPrMFCoA&feature=plcp