Followers

Wednesday, November 14, 2012

Tosari Punya Cerita


5.jpg





Tosari, sebuah daerah di Pasuruan yang menjadi salah satu jalan bagi para pendaki untuk mencapai gunung Bromo dan Pananjakan. Terletak 67 km dari kabupaten Pasuruan, Tosari dapat ditempuh dalam waktu ± 1,5 jam dengan mobil pribadi, truk sayur, ataupun motor melewati jalan berliku yang cukup membuat pendatang merasa mual. Meski jalur Tosari tidak setenar jalur Probolinggo, Tosari tetap menjadi salah satu jalur favorit bagi wisatawan untuk melihat Sunrise di Gunung Pananjakan.


Tidak hanya sebagai sebuah jalur menuju puncak Bromo, Tosari juga memiliki banyak kehidupan di dalamnya. Kecamatan ini terdiri dari 8 desa bernama Sedaeng, Podokoyo, Ngadiwono, Tosari, Wonokitri, Baledono, dan Pandansari. Desa-desa ini terletak lumayan berjauhan, yaitu sekitar ±20-30 menit antardesa dengan sepeda motor. Penggunaan sepeda motor sebagai sarana transportasi antardesa dirasakan lebih nyaman selain bisa sekaligus sightseeing dan merasakan udara segar langsung, juga dapat mengurangi rasa mual pengendara.   Namun ada pula desa yang harus ditempuh lebih dari satu jam dari puskesmas karena medannya yang sulit.


Masyarakat Tosari sendiri didominasi oleh Hindu Tengger, yang kemudian diikuti dengan agama lainnya seperti Islam dan Kristen. Meski begitu, keberagaman yang terjalin cukup indah dan nyata dirasakan. Di belakang rumah dinas kami ada Pura, jalan keluar dari lapangan belok kiri sedikit dapat ditemukan gereja, dan belok kanan ada mesjid. Selain itu, banyak warga yang menikah berbeda agama dan tak menjadikan ini masalah yang berarti. Sungguh merupakan gambaran sebuah masyarakat plural yang harmonis. Keindahan serta kedamaian perbedaan dapat hidup berdampingan di sini. 


3.jpgKeindahan visual Tosari pun tidak perlu diragukan, kecamatan ini dikelilingi oleh pegunungan, pohon-pohon pinus, langit yang begitu dekat membentang, ditambah dengan nuansa kabut yang mistis. Semua elemen seakan-akan berintegrasi untuk menambah kesempurnaan alam Tosari. Dan seperti halnya daerah pegunungan lain, Tosari memiliki suhu cukup dingin, yaitu sekitar ±10-150C setiap harinya. Matahari yang sering bersembunyi malu di balik awan pun cukup masyarakat sekitar rindukan. Bila di daratan rendah masyarakat bersembunyi dari matahari, masyarakat sekitar Tosari justru mencari Sang Matahari.


Keindahan hidup di sini pun terbentuk dari adanya gotong royong antarwarga yang cukup kuat. Semua warga saling membantu dan saling menghormati. Kenal tidak kenal pun selalu ada senyuman sapa tercipta di papasan jalan. Selain itu, warga Tosari mendapat predikat pembayar PBB terpatuh se-Indonesia. Hal tersebut dikaitkan pada karakter masyarakat Tosari yang manut dan berharga diri tinggi.


Mayoritas penduduk Tosari bermatapencaharian sebagai petani . Di sekitar Tosari dapat dilihat begitu banyak sawah warga yang mempunyai kemiringan hampir 900 karena mengikuti kontur pegunungan. Kemiringan sawah warga Tosari ini sering membuat saya berpikir, bagaimana bisa mereka tidak jatuh saat menanam maupun memanen? Hmm ya sudahlah mungkin mereka memiliki kemampuan lebih dibanding manusia daratan rendah. Tosari juga memiliki sayuran khas, yaitu semen (semaian) yang hanya bisa didapat setelah penanaman kubis. Semen , begitulah panggilan dari masyarakat sekitar ini jarang ditemukan di daratan rendah dan cukup menjadi favorit bagi para turis maupun pendatang. Jenis tanaman yang banyak ditanam disini selain semen, yaitu kentang, daun bawang, lombok, tomat, dan bahkan gandum. Tosari juga sering didatangi warga Jepang karena salah satu hasil pertaniannya, yaitu gandum.



Hidup di Tosari tidak mungkin kelaparan, rencana diet beberapa dari tim Pencerah Nusantara pun bisa diramalkan akan segera gagal. Mengapa tidak, setiap berkunjung ke rumah warga selalu disuguhkan makanan dan minuman yang sangat manis. Salah satu karakteristik warga Tosari yaitu penyuka minuman manis. Setiap minuman yang disediakan rasanya selalu sangat manis, bisa dibayangkan suatu hari kami disuguhi kopi tubruk yang perbandingan kopi dengan gulanya adalah 1:3 sdm. Bila dikaitkan dengan kesehatan, tidak mengherankan angka penderita kencing manis di Tosari cukup tinggi. Selain itu, hampir setiap kunjungan kami dibekali dengan sayuran ataupun beberapa makanan khas Tosari, seperti aron dan jenang.
1.jpg
Jenang Tosari

2.jpg
Nasi Aron yang terbuat dari jagung


Pada akhirnya, kami hanya bisa bersyukur atas segala bunyi jangkrik, hamparan bintang di langit, harum rumput basah, kabut yang menutup jarak pandang mata, serta pegunungan yang indah mengepung, semua hal tersebut begitu indah tergabung menambah keindahan Tosari. Masyarakat dan kami, si kaum pendatang, tidak bisa tidak mencintai tempat ini. Kehadiran Yang Maha Esa sungguh terasa lewat karya-Nya di sini. Kami pasti akan betah hidup setahun di Tosari bersama seluruh komponennya. Harapannya, semoga kami pun dapat bermanfaat dan bekerja sebaik-baiknya di sini. Ciao!  (Apoteker Oliv)

6.jpg

No comments:

Post a Comment