India's Gate |
Saya mendapat kesempatan untuk
mengikuti konferensi di New Delhi dengan tema International Conference On Public Health Priorities In the 21st
Century : The Endgame For Tobacco pada tanggal 10-12 September 2013. Saya
mendapat full scholarship meski telat
mendaftar mungkin karena abstract saya (Taking
Control of Tobacco towards the achievement of MDGs) diterima komite untuk
oral presentation tanggal 11 sept 2013 (thanks to PHFI dan HRIDAY).
Pada tanggal 10 september 2013, Saya
mengikuti sesi preconference PCW2-
advancing tobacco control in developing countries- experiences from project
STEPS (Strengthening of Tobacco control Efforts Through innovative Partnerships
and Strategies). Project Steps ini merupakan program 3 tahun yang didanai
oleh Bill & Melinda Gates Foundation
yang bertujuan untuk mengurangi beban kesehatan akibat tembakau lewat evidence based economic & policy
research, advokasi, community based
cessation strategies, intervensi media, dan inisiatif multilevel tobacco control di india.
Para audiens diharapkan dapat
belajar dari proyek tobacco control yang telah memasuki tahun ketiga tersebut.
Masalah di india cukup menantang, karena jenis tembakau yang digunakan bukan
hanya rokok, tapi juga chewed tobacco
dan smokeless tobacco (bidi). Bidi
ini disebut oleh banyak studi ternyata mengandung nikotin yang lebih tinggi
dibanding cigarettes. Masalah
ekonominya pun sangat kompleks, karena bidi ini juga sangat banyak diproduksi
dalam skala rumah tangga. Regardless
populasi india yang memang banyak, masalah kompleks tersebut menjadikan india
sebagai negara kedua dengan perokok terbanyak di dunia.
Dan yang paling menarik adalah
soal dukungan pemerintah india mengenai tobacco control. Program tersebut
bahkan masuk ke kurikulum sekolah-sekolah. Hal ini memang sangat dianggap
serius bagi warga dan pemerintah india dimana Indonesia tidak terlalu
menganggap serius. Ini bukan sekedar kasus kecil, salah seorang cardiologist india yang saya temui di
conference mengatakan bahwa salah satu kasus terbanyak di India adalah heart attack yang terkait dengan
penggunaan tobacco. Namun, seorang dokter india juga mengatakan “it’s confusing because at the same time
government also support the tobacco farming so the production is also increase
while the smokers dont decrease.”
Bercontoh dari india dengan komitmennya yang kuat dari banyak sektor
dan keberhasilan singapura mengatasi tembakau yang sekarang sudah sampai ke
tahap menargetkan program Tobacco-free
generation, dimana program ini juga sangat menarik bagi saya, pemerintah
singapura telah menetapkan peraturan bahwa penduduk yang dilahirkan di atas
tahun 2000 tidak boleh merokok sama sekali. Indonesia seharusnya bisa lebih tegas
lagi bersikap dalam permasalahan Tobacco control ini. Dari sekian banyak negara
yang memiliki komitmen atas pengendalian tembakau, masalah di Indonesia yang
didominasi oleh politik, ekonomi, dan ketidakmengertian menghambat negara ini
menjadi satu-satunya negara anggota WHO di asia tenggara yang belum
meratifikasi FCTC (Frame Convention on Tobacco Control) . Bahkan beberapa
kolega saya dari negara lain mengaku terkejut bagaimana bisa Indonesia belum
meratifikasi FCTC.
Kenapa begitu banyak orang dari berbagai negara berkumpul untuk
mengurusi nikotin ? karena nikotin merupakan zat adiktif yang merusak kesehatan
dan banyak aspek kehidupan lainnya yang bertautan seperti ekonomi, pendidikan,
HAM, lingkungan dan lainnya. Menurut LD FE UI, kebanyakan rakyat miskin di
Indonesia menggunakan 70% pendapatannya untuk membeli rokok dan hanya 3,2%
untuk pendidikan. Serta Begitu banyak penelitian membuktikan tingginya korelasi
antara penggunaan rokok dengan banyak penyakit. Bahkan menurut Global Burden of
Disease, setiap tahunnya di Indonesia ada sekitar 225.000 melayang akibat
penyakit terkait penggunaan rokok.
The way forward untuk Indonesia,
yaitu segera dilakukan ratifikasi FCTC. Kenapa ratifikasi FCTC ini sangat
penting? Karena FCTC seperti sebagai sebuah bible
untuk sebuah negara bagaimana untuk melakukan implementasi tobacco control ,
dan hanya bisa diterapkan setelah negara tersebut meratifikasi FCTC. FCTC
dianggap sudah meliputi segala aspek yang dapat diterapkan dalam implementasi
Tobacco control di sebuah negara.
Seiring berjalannya konferensi
ini, saya dipertemukan dengan banyak experienced professional sekaligus aktivis
tobacco delegasi dari Indonesia, yaitu:
·
Zakiyah eke S.gizi (tobacco
control support center)
·
Dra. Yayi Suryo Prabandari,
M.Si., Ph.D (dosen FK UGM)
·
Abdillah Hasan, SE, MSE (lembaga demografi FE UI)
·
Drg. Wasis sumartono , sp. Konservasi gigi (senior researcher litbangkes)
·
Fauzi Ahmad Noor ,S. IP (Muhammadiyah Tobacco Control Centre)
·
H. Imam S. Mochny , dr. , MPH (koordinator SALBR
FKM Unair)
·
Bernadette Fellarika Nusarivera ,S.KM ( Bloomberg Initiative Tobacco Control
Indonesia)
Melihat masih banyaknya
orang-orang Indonesia yang berkomitmen besar dalam tobacco control , saya yakin
ke depannya generasi Indonesia bila lebih baik lagi, dimana ada regulasi kuat
yang efektif menekan angka perokok di Indonesia. Saya bersyukur dipertemukan
dengan mereka dan banyak orang-orang hebat lainnya yang concern dengan masalah
tobacco control. Saya ucapkan terima kasih atas semua pembelajaran dan
bantuannya selama konferensi berlangsung. Semoga kita semua dapat
mengimplementasikan sebaik-baiknya sesuai lingkup pekerjaan dan negara
masing-masing.
Akhir konferensi ditutup dengan
pembacaan hasil rumusan deklarasi yang intinya bervisi abad 21 ini diharapkan
sebagai periode terakhir dimana masih ada manusia yang menggunakan tembakau.
Visi ini didukung dengan beberapa cara, seperti peningkatan pajak tembakau,
de-normalisasi penggunaan tembakau, alih lahan , dan lainnya.
Selain sebuah deklarasi, sebuah
resolusi khusus untuk Indonesia yang menyatakan dorongan untuk negara ini dari
dunia internasional agar segera meratifikasi FCTC WHO. Kita harap hal tersebut
akan membuahkan hasil. Demi Indonesia yang lebih baik!
“ change community norms rather than changing people individually.”-
Dr. Dileep Bal (salah satu speaker favorit saya )
Salam!
Olivia Herlinda
Salam!
Olivia Herlinda
(Pictures taken by : Fauzi A.N. )
Loncatan para delegasi Indonesia di Humayun's Tomb |
berfoto ala kalender akademik |
Setelah sesi Presentasi saya |
No comments:
Post a Comment